Lir-Ilir
Lir-ilir,
lir-ilir
(Bangunlah-bangunlah)
Tandure
wis sumilir
(Tanaman sudah bersemi)
Tak
ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
(Demikian menghijau bagaikan pengantin baru)
Cah
angon-cah angon penekno blimbing kuwi
(Anak gembala, anak gembala panjatlah pohon belimbing itu)
Lunyu-lunyu
yo penekno kanggo mbasuh dodotiro
(Biar
licin dan susah tetaplah kau panjat untuk membasuh pakaianmu)
Dodotiro-dodotiro
kumitir bedhah ing pinggir
(Pakaianmu, pakaianmu terkoyak-koyak di bagian samping)
Dondomono
jlumatono kanggo sebo mengko sore
(Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore)
Mumpung
padhang rembulane,
(Mumpung bulan bersinar terang),
Mumpung
jembar kalangane
(Mumpung banyak waktu luang)
Yo
surako.... surak iyo...
(Ayo bersoraklah dengan sorakan iya)
Kandungan makna:
Lagu ini diawali dengan Lir ilir, yang artinya ngelilir (bangunlah),
bangunlah atau bisa diartikan sebagai sadarlah. Kita diminta bangun dari
keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk mempertebal keimanan yang telah
ditanamkan oleh Allah Swt dalam diri kita, karena itu digambarkan dengan tandure wus sumilir atau tanaman
yang mulai bersemi dan pohon-pohon yang mulai menghijau bagaikan Tak ijo royo-royo. Semua itu
tergantung pada diri kita masing-masing, apakah mau tetap tidur dan membiarkan
tanaman iman kita mati atau bangun dan terus berjuang untuk menumbuhkan tanaman
tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin
baru, Tak sengguh temanten anyar.
Cah angon-cah angon atau anak gembala, yang artinya kita telah diberi
sesuatu oleh Allah Swt untuk kita gembalakan, yaitu “Hati”, bisakah kita
gembalakan hati kita ini dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya. Si
anak gembala diminta untuk memanjat pohon belimbing atau Penekno blimbing kuwi yang notabene buah belimbing itu bergerigi lima
buah, dalam hal ini sebagai gambaran dari perintah untuk menjalankan sholat 5
waktu, dan 5 rukun Islam.
Pohon
belimbing itu memang licin, meskipun dalam keadaan susah untuk melaksanakannya,
kita harus bisa memanjatnya sekuat tenaga, yang artinya kita tetap berusaha
menjalankan sholat 5 waktu/ 5 rukun Islam apapun halangan dan resikonya,
bagaikan Lunyu-lunyu penekno. Lalu apa gunanya semua ini? semua ini berguna
untuk mencuci badan kamu atau Kanggo mbasuh
dodotiro (dada kamu) yang
bermakna bahwa badan itu yang harus dibersihkan dari segala macam dosa.
Dodotiro, dodotiro yang berarti adalah badan kamu harus dibersihkan
dari dosa. Namun sebagai manusia biasa badan kamu terkadang banyak lukanya
(badan yang masih banyak dosa) sehingga perlu diobbati, bagaikan Dondomono, Jlumatono agar menjadi badan yang sehat
(bersih dari dosa). Kanggo sebo mengko sore, atau
untuk menghadapi nanti sore, kata ini mempunyai makna bahwa suatu saat kita
semua pasti akan mati, karena itu kita selalu diminta untuk membersihkan badan
kita dari dosa, agar kelak kita siap ketika dipanggil menghadap Allah Swt,
karena kematian atas semua makhluk hidup adalah rahasia dari Allah Swt, dan
kita bisa dipanggil atau mati kapan saja.
Mumpung padhang rembulane, Mumpung jembar kalangane, selagi rembulannya masih terang dan selagi
banyak waktu luangnya atau banyak kesempatan. Kata-kata ini mengandung arti
bahwa ketika pintu hidayah masih terbuka leba, dan ketika masih banyak
kesempatan karena diberi umur yang masih menempel pada tubuh kita, maka
pergunakanlah waktu dan kesempatan itu untuk bisa membersihkan diri dari segala
macam dosa agar senantiasa selalu bertaqwa kepada Allah Swt.
Yo surako surak iyo, bersoraklah dengan sorakan iya untuk
menyambut seruan ini dengan sorak sorai, ketika kita masih sehat dan mempunyai
waktu luang. Jika ada yang mengingatkan, maka jawablah dengan “iya”. Setelah
kita melaksanakan semua itu maka kita akan bergembira atau senang dan bersorai.
Sumber: id.wikipedia.org
0 Response to "Lirik Lagu, Terjemahan , dan Kandungan Makna Lagu Lir-Ilir"
Post a Comment