1. Penemuan Penelitian atas Insentif
Organisasional
Kunci
untuk memotivasi orang untuk berperilaku sedemikian rupa sehingga memajukan cita-cita
suatu organisasi terletak pada cara dengan mana insentif organisasi berhubungan
dengan cita-cita individual. Orang dipengaruhi baik oleh insentif yang positif
maupun negatif. Suatu insentif yang positif, atau “penghargaan”, adalah suatu
hasil yang meningkatkan kepuasan dari kebutuhan individual. Sebaliknya,
insentif yang negatif, atau “hukuman”, adalah suatu hasil yang mengurangi
kepuasan dari kebutuhan tersebut. insentif penghargaan adalah suatu rangsangan
untuk memenuhi kebutuhan seseorang yang tidak mungkin diperolehnya jika tidak
bergabung dengan organisasi tersebut. organisasi memberikan penghargaan pada
partisipan yang berkinerja sesuai dengan cara-cara yang telah disetujui
bersama. Penelitian atas insentif cenderung mendukung hal-hal berikut:
a. Individu-individu cenderung untuk lebih
termotivasi oleh penghargaan pendapatan potensial daripada oleh rasa takut akan
hukuman, yang menyarankan agar sistem pengendalian manajemen sebaiknya
berorientasi pada penghargaan.
b. Penghargaan pribadi bersifat relatif
atau situasional. Kompensasi moneter adalah suatu cara penting untuk memenuhi
kebutuhan. Tetapi, diluar tingkat kepuasan tertentu, jumlah kompensasi tidak
selalu sama pentingnya seperti penghargaan nonmoneter.
c. Jika manajemen senior memberikan
tanda-tanda melalui tindakannya bahwa mereka menganggap sistem pengendalian
manajemen adalah penting, maka manajer operasi juga akan menganggap penting.
Jika manajer senior tidak terlalu memerhatikan sistem tersebut, manajemen
operasi juga akan melakukan hal yang sama.
d.
Individu-individu sangat termotivasi
ketika mereka memperoleh laporan, atau umpan balik, mengenai kinerja mereka.
Tanpa upman balik semacam itu, orang-orang tidak akan merasakan suatu perasaan
akan pencapaian atau realisasi diri atau untuk menemukan bagaimana mereka dapat
mengubah perilaku mereka untuk memenuhi tujuannya.
e.
Insentif menjadi kurang efektif ketika
periode antara tindakan dan umpan balik atas tindakan tersebut semakin panjang.
Di tingkat yang lebih rendah dalam organisasi tersebut, frekuensi yang optimal
mungkin hanya dalam hitungan jam, untuk manajemen senior, mungkin dalam
hitungan bulan.
f.
Motivasi adalah paling lemah ketika
orang tersebut merasa yakin bahwa suatu insentif tidak dapat dicapai atau
terlalu mudah untuk dicapai. Motivasi adalah kuat ketika diperlukan suatu usaha
untuk mencapai tujuan tersebut dan ketika individu menganggap pencapaian ini
penting dalam hubungan dengan kebutuhannya.
g. Insentif
yang disediakan oleh suatu anggaran atau pernyataan tujuan lainnya adalah
paling kuat ketika manajer bekerja sama dengan atasannya untuk memperolah
angka-angka anggaran. Tujuan, cita-cita, atau standar kemungkinan besar akan
menjadi insentif yang kuat hanya jika manajer memandang hal tersebut sebagai
adil dan berkomitmen untuk mencapainya. Komitmen tersebut adalah paling kuat
ketika hal itu menjadi catatan publik, yaitu, ketika manajer tersebut secara
eksplisit setuju bahwa jumlah yang dianggarkan dapat dicapai.
2.
Karakteristik
dari Rencana Kompensasi Insentif
Paket kompensasi total dari seorang manajer terdiri
dari tiga komponen:
a. gaji
b. tunjangan
(terutama tunjangan pensiun dan kesehatan)
c. kompensasi
insentif.
Tiga komponen tersebut saling bergantung satu sama
lain, tetapi yang ketiga secara khusus berkaitan dengan fungsi pengendalian
manajemen. Oleh karena itu, bab ini terutama membahas mengenai komponen
kompensasi insentif.
Kebanyakan peraturan perusahaan maupun pasar modal
mengharuskan agar rencana kompensasi insentif dan revisi atas rencana yang ada
disetujui oleh pemegang saham. (sebaliknya, pemegang saham tidak menyetujui
gaji, maupun laporan pengganti tahunan memberikan informasi mengenai
kompensasi, kecuali untuk setiap pejabat yang gajinya masuk dalam lima besar
dan total kompensasi untuk semua pejabat dan direktur). Hal tersebut mengikuti
bahwa rencana itu harus disetujui oleh dewan komisaris sebelum dilakukan
pengambilan suara pada rapat tahunan. Sebelum menyerahkan suatu rencana ke
dewan komisaris, manajemen senior bekerja untuk memastikan bahwa itu adalah
yang terbaik untuk organisasi tersebut, dan sering kali menyewa konsultan luar
untuk membantu dalam usaha tersebut. komite kompensasi dari dewan direksi
biasanya berpartisipasi secara ekstensif dalam diskusi mengenai usulan rencana.
Rencana kompensasi insentif dapat dibagi
menjadi rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang. Rencana insentif
jangka pendek didasarkan pada kinerja dalam tahun berjalan. Rencana jangka
panjang mengaitkan kompensasi ke pencapaian jangka panjang dan dikaitkan dengan
harga dari saham suatu perusahaan. Seorang manajer dapat memperoleh bonus dalam
kedua rencana tersebut. bonus dalam rencana jangka pendek biasanya dibayarkan
secara tunai, dan bonus dalam jangka panjang biasanya berupa suatu opsi untuk
membeli saham perusahaan.
2.1. Rencana Insentif Jangka Pendek
2.1.1.
Total
Kantong Bonus
Jumlah total dari bonus yang dapat
dibayarkan ke sekelompok karyawan yang memiliki kualifikasi dalam suatu tahun
tertentu disebut dengan ”kantong bonus”. Dalam suatu rencana insentif jangka
pendek, pemegang saham memberikan suara atas rumus yang akan digunakan untuk
menghitung jumlah tersebut. rumus ini biasanya berkaitan dengan profitabilitas
perusahaan secara keseluruhan di tahun berjalan. Dalam memutuskan besarnya
kantong ini, masalah yang penting adalah untuk memastikan bahwa kompensasi
total yang dibayarkan kepada para eksekutif adalah kompetitif.
Ada beberapa cara untuk menetapkan
kantong bonus ini.
a)
Bonus
berdasarkan persentase tertentu dari laba
Metode ini
merupakan metode yang sederhana. Adapun kelemahan metode ini, yaitu :
perusahaan harus membayar bonus meskipun labanya relatif rendah dan perusahaan
harus membayar bonus yang lebih tinggi jika terjadi kenaikan laba meskipun
kenaikan laba tersebut memerlukan tambahan investasi yang jumlahnya relatif
sangat besar.
Contoh : Modal
saham PT. Citra Nusa per 31 Desember 2009 Rp. 50 M (50.000 lembar saham) dan
utangnya Rp. 30 M. Sebagian informasi laba rugi adalah sebagai berikut :
Laba usaha Rp. 16.000 Juta
Biaya bunga = 15% x Rp. 30M Rp. 4.500 Juta
Laba sebelum pajak penghasilan Rp. 11.500 Juta
Pajak = 30% x Rp. 11.500
Juta Rp. 3.450 Juta
Laba setelah pajak Rp. 8.050 Juta
Jika RUPS
memutuskan besarnya bonus 4% dari laba bersih, maka besarnya bonus adalah 4% x
Rp. 8.050 Juta = Rp. 322 Juta. Besarnya laba per lembar saham = (Rp.8.050 Juta
– Rp.322 Juta) : 50.000 = Rp. 154.560.
b)
Bonus
berdasar persentase tertentu dari laba setelah dikurangi return atas modal
b.1.
Bonus ditentukan dari laba setelah diperhitungkan laba
minimal per lembar saham.
Kelemahan
metode ini adalah tidak dapat menunjukkan peningkatan investasi dari
penginvestasian kembali laba. Kelemahan ini dapat diatasi dengan menaikan laba
minimal per lembar saham setiap tahun sebesar persentase kenaikan laba yang
ditahan setahun.
Contoh soal : Berdasar contoh di atas, jika RUPS
memutuskan untuk memberikan bonus sebesar 6% dari laba setelah dikurangi laba
minimal per lembar saham sebesar Rp.100.000, maka besarnya bonus dan laba per
lembar saham adalah sebagai berikut :
Laba setelah pajak Rp. 8.050 Juta
Total laba minimal per lembar saham
= Rp.100.000
x 50.000 = Rp. 5.000 Juta
Laba sebagai dasar bonus Rp. 3.050 Juta
= 6% x Rp.3.050 Juta Rp. 183 Juta
Total kenaikan laba untuk
pemegang saham Rp.2.867 Juta
Besarnya laba per lembar saham
= Rp.100.000 +
( Rp 2.876 Juta : 50.000)
= Rp.
100.000 + Rp.57.340
= Rp. 157.340.
b.2 Bonus ditentukan dari laba
sebelum bunga dan pajak setelah dikurangi biaya modal untuk ekuitas saham dan
utang jangka panjang
Kelemahan metode ini adalah
;
1) Kesulitan dalam penentuan besarnya biaya modal.
2) Jika dalam satu tahun perusahaan mengalami rugi
akibatnya ekuitas saham turun, dan jika tahun berikutnya memperoleh laba maka
bonusnya menjadi tinggi .
3) Biaya modal atas utang jangka panjang sudah tercermin
oleh biaya bunga yang dibayarkan perusahaan.
Contoh Soal : Berdasarkan
contoh di atas, jika RUPS memutuskan untuk memberikan bonus sebesar 3% dari
laba sebelum bunga dan pajak setelah dikurangi biaya modal untuk ekuitas saham
dan utang jangka panjang sebesar 12%, maka besarnya bonus adalah :
Laba usaha Rp.16.000 Juta
Biaya modal = 12% x Rp.80M Rp. 9.600 Juta
Setelah dikurangi biaya modal
atas ekuitas saham Rp. 6.400 Juta
Bonus = 3% x Rp. 6.400 =
Rp.192 Juta.
b.3
Bonus ditentukan
dari laba setelah bunga dan pajak dikurangi biaya modal untuk ekuitas saham.
Metode ini
mendasarkan pada asumsi bahwa bunga dan pajak merupakan hak pihak luar yang
harus dibayarkan kepada mereka, namun ekuitas saham juga harus dijamin untuk
memperoleh return minimal sebesar biaya modalnya.
Contoh soal : Berdasar
contoh di atas, jika RUPS memutuskan untuk memberikan bonus sebesar 10% dari
laba setelah bunga dan pajak dikurangi biaya modal untuk ekuitas saham sebesar
12%, maka besarnya bonus adalah :
Laba setelah bunga dan pajak Rp. 8.050 Juta
Biaya modal = 12% x Rp.50M Rp. 6.000 Juta
Laba bersih setelah dikurangi biaya modal Rp. 2.050 Juta
atas ekuitas Saham
Bonus = 10% x Rp.2.050 Juta
= Rp.205 Juta.
c) Bonus
berdasarkan persentase tertentu dari kenaikan laba tahun tertentu dibandingkan
laba tahun sebelumnya
Contoh soal : Berdasarkan
contoh di atas, jika laba setelah pajak tahun sebelumnya Rp.5 M dan RUPS
memutuskan untuk memberikan bonus sebesar 8% dari kenaikan laba tahun tersebut
dibandingkan laba tahun sebelumnya, maka besarnya bonus adalah:
Laba setelah pajak tahun ini Rp. 8.050 Juta
Laba setelah pajak tahun sebelumnya Rp. 5.000 Juta
Kenaikan laba Rp. 3.050 Juta
Bonus = 8% x Rp.3.050 Juta =
Rp.244 Juta
d) Bonus
ditentukan dari perbandingan relatif profitabilitas perusahaan dengan
industrinya
Metode ini
didasarkan pemikiran bahwa perusahaan harus unggul dalam persaingan dengan
rata-rata industrinya.
Kelemahan metode ini :
1. Kondisi perusahaan mungkin sangat berbeda dengan
rata-rata industri, perusahaan mungkin berada di tingkat atas atau bawah
dibandingkan dengan industrinya.
2. Data industri mungkin sulit diperoleh.
3. Bauran penjualan produk perusahaan mungkin sangat
berbeda dengan rata-rata industry.
4. Perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut mungkin
tidak menggunakan sistem akuntansi yang seragam.
Contoh soal : Berdasarkan
contoh di atas, jika laba setelah pajak rata-rata industri dalam tahun tersebut
Rp.5.800 Juta dan RUPS memutuskan untuk memberikan bonus sebesar 10% dari
perbedaan laba perusahaan tahun tersebut
dibandingkan laba rata-rata industrinya untuk tahun tersebut, maka besarnya
bonus adalah :
Laba setelah pajak tahun ini Rp.8.050
Juta
Laba rata-rata industri tahun tersebut Rp.5.800
Juta
Kenaikan laba Rp.2.250
Juta
Bonus = 10% x Rp.2.250 Juta
= Rp 225 Juta.
2.1.2.
Carryover
Bukannya
membayar jumlah total dalam kantong bonus, rencana tersebut mungkin
memperbolehkan dilakukannya carryover tahunan
atas sebagian dari jumlah tersebut yang ditentukan oleh rumus bonus. Setiap
tahun, komite dari dewan komisaris memutuskan seberapa besar yang akan
ditambahkan ke carryover, atau
seberapa besar akumulasi carryover
yang akan digunakan jika bonus ternyata terlalu rendah. Metode ini menawarkan
dua keuntungan:
1.
Metode tersebut lebih fleksibel
karena pembayaran tidak ditentukan secara otomatis oleh suatu rumus dan dewan
komisaris dapat menggunakan penilaian mereka.
2.
Metode tersebut dapat mengurangi
besarnya fluktuasi yang terjadi ketika pembayaran bonus hanya didasarkan pada
jumlah yang dihasilkan dari rumus yang dihitung setiap tahunnya. Dengan
demikian, dalam tahun yang luar biasa baik, komite tersebut dapat memutuskan
untuk hanya membayar sebagian dari bonus tersebut. sebaliknya, di tahun yang
relatif buruk, komite tersebut dapat memutuskan untuk membayarkan lebih besar
daripada jumlah yan dibenarkan oleh kinerja tahun berjalan dengan mengambil dari jumlah carryover.
Kerugian
dari metode ini adalah bahwa bonus kurang berhubungan secara langsung dengan
kinerja saat ini.
2.1.3.
Kompensasi
Ditunda
Meskipun
jumlah bonus dihitung secara tahunan, pembayaran ke penerima mungkin disebar ke
suatu periode, biasanya lima tahun. Dalam sistem ini, eksekutif hanya menerima
seperlima dari bonus mereka di tahun di mana bonus tersebut diperoleh. Empat
perlima sisanya dibayar merata selama empat tahun ke depan. Dengan demikian,
setelah manajer tersebut bekerja selama lima tahun, maka bonusnya akan terdiri
dari seperlima bonus tahun berjalan plus seperlima dari bonus yang diterima di
masing-masing tahun dari empat tahun sebelumnya. Di beberapa perusahaan,
periode penundaan adalah tiga tahun. Metode penundaan pembayaran ini menawarkan
keunggulan-keunggulan berikut ini:
a.
Manajer dapat mengestimasikan,
dengan akurasi yang cukup besar, pendapatan tunai mereka untuk tahun mendatang.
b.
Pembayaran yang ditunda meratakan
penerimaan kas manajer, karena dampak dari pergeseran musiman dalam laba akan
dirata-ratakan dalam pembayaran tunai.
c.
Seorang manajer yang pensiun akan
terus menerima pembayaran untuk sejumlah tahun, ini tidak hanya meningkatkan
penghasilan pensiun tetapi juga memberikan keuntungan pajak, karena tarif pajak
penghasilan setelah pensiun mungkin lebih rendah daripada tarif pajak selama
masa kerja.
d.
Kerangka waktu penundaan mendorong
para pengambil keputusan untuk berpikir secara jangka panjang.
Kerugian
dari rencana bonus ditunda adalah bahwa bencana tersebut tidak membuat jumlah
yang ditunda menjadi tersedia bagi eksekutif di tahun bonus tersebut diperoleh.
Karena pembayaran bonus dalam suatu tahun tidak berkaitan dengan kinerja di
tahun tersebut, maka para eksekutif mungkin akan bertindak tanpa terlalu dipengaruhi
oleh insentif.
Ketika pembayaran bonus ditunda,
jumlah yang ditunda mungkin tetap atau tidak. Dalam beberapa kasus, seorang
manajer tidak akan menerima bonus yang ditunda jika ia meninggalkan perusahaan
sebelum bonus tersebut dibayarkan. Pengaturan ini disebut dengan borgol emas (golden handcuff) karena hal tersebut berfungsi sebagai disinsentif
bagi manajer untuk meninggalkan suatu organisasi.
2.2. Rencana Insentif Jangka Panjang
Suatu asumsi mendasar dari banyak
rencana insentif jangka panjang adalah bahwa pertumbuhan dalam nilai dari saham
perusahaan mencerminkan kinerja jangka panjang perusahaan tersebut. Ada
beberapa jenis rencana semacam itu. Popularitas dari rencana-rencana tersebut
dipengaruhi oleh perubahan dalam ukuran pajak penghasilan, perubahan dalam
perlakuan akuntansi, kondisi pasar saham, dan berbagai faktor lainnya.
Konsekuensinya, rencana yang berbeda pada waktu yang berbeda.
2.2.1.
Opsi
Saham
Suatu opsi saham adalah hak untuk
membeli sejumlah lembar saham biasa, atau setelah, tanggal tertentu di masa
depan (tanggal pelaksanaan), pada
harga yang telah disetujui pada tanggal pemberian opsi (biasanya harga pasar
sekarang atau 95 persen dari harga pasar sekarang). Manfaat motivasional utama
dari rencana opsi saham adalah bahwa rencana terseut mengarahkan energi manajer
ke arah kinerja jangka panjang maupun jangka pendek dari perusahaan tersebut.
Contoh:
Wendy’s sedang mengalami masalah dengan tingginya tingkat perputaran
pekerja-300 persen per tahun. Setelah memperkenalkan rencana opsi saham untuk manajer,
Wendy’s mengurangi tingkat perputaran pekerja di antara asisten manajer dari 60
persen menjadi 38 persen. Hal ini memberikan kontribusi pada pengurangan dalam
tingkat perputaran di antara karyawan sampai sekitar 150 persen pertahun.
Manajer tersebut hanya akan memperoleh
keuntungan jika ia kemudian menjual saham itu pada harga yang melebihi harga
yang dibayarkan untuk saham tersebut. tidak seperti beberapa alternatif yang
disebutkan di bawah ini, hak untuk membeli saham dalam suatu rencana opsi saham
memberikan kepada manajer ekuitas yang dapat mereka simpan, bahkan jika mereka
meninggalkan perusahaan, dan suatu keuntungan yang dapat mereka peroleh kapan
pun mereka memutuskan untuk menjual saham tersebut. Tetapi, banyak opsi saham
adalah untuk saham terbatas. Manajer tidak diperbolehkan untuk menjual saham
ini selama suatu periode waktu tertentu setelah saham tersebut diperoleh.
Contoh:
menurut sejarahnya, opsi saham telah menjadi bentuk yang populer untuk
memberikan penghargaan kepada karyawan baik di perusahaan yang baru maupun di
perusahaan yang sudah mapan, terutama di sektor teknologi. Microsoft, Cisco,
Amazon.com, dan Ebay hanyalah beberapa dari perusahaan yang menggunakan opsi
saham untuk kompensasi. Ada beberapa alasan untuk hal ini.
a. Pertama,
opsi saham dan potensi kenaikannya cenderung menarik karyawan yang sangat
berbakat ke perusahaan-perusahaan ini, dan perusahaan teknologi bergantung pada
kualitas modal sumber daya manusianya untuk dapat berhasil.
b. kedua, karyawan akan secara sukarela
menyerahkan ide-ide yang inovatif hanya jika mereka dapat memperoleh manfaat
dari hal itu.
c. Ketiga,
perusahaan dapat membayarkan gaji dan bonus yang lebih rendah karena program
opsi saham. Keempat, sampai sejauh ini, nilai dari opsi saham tidak mengurangi
laba.
d. Opsi
saham dimaksudkan untuk mendorong karyawan untuk fokus pada jangka panjang.
Pada tahun 2002, dengan munculnya
beberapa skandal akuntansi, ada kebutuhan yang semakin besar untuk mencatat
opsi saham sebagai beban. Ini akan memberikan kepada investor gambaran yang
lebih lengkap dan akurat dari kinerja keuangan perusahaan. Pendukung pencatatan
opsi sebagai beban meliputi Warren Buffet, Alan Greenspan, dan Financial
Accounting Standard Board (FASB). Runtuhnya perusahaan-perusahaan seperti Tyco,
Global Crossing, WorldCom, dan Enron Corporation, di mana kompensasi para
karyawannya sangat terkait dengan opsi dan berakibat pada manipulasi data-data
keuangan guna memperbaiki harga saham jangka pendek, lebih menyebabkan
panggilan untuk melakukan reformasi.
2.2.2.
Saham
Fantom
Suatu rencana saham fantom memberikan
kepada manajer sejumlah saham untuk tujuan pembukuan saja. Di akhir periode
yang telah ditentukan (katakanlah, lima tahun) eksekutif tersebut berhak untuk
menerima suatu penghargaan yang setara dengan apresiasi di nilai pasar dari saham tersebut sejak tanggal
penghargaan. Tidak seperti opsi saham, suatu rencana saham fantom tidak
memiliki biaya transaksi. Beberapa rencana opsi saham mengharuskan manajer
untuk menyimpan saham tersebut selama periode waktu tertentu setelah dibeli.
Ini melibatkan suatu risiko penuruanan dalam harga pasar serta biaya bunga yang
terkait dengan penyimpanan saham. Risiko dan biaya-biaya ini tidak ada dalam
rencana saham fantom.
2.2.3.
Hak
Apresiasi Saham
Suatu hak apresiasi saham adalah suatu
hak untuk menerima pembayaran uang tunai berdasarkan peningkatan dalam nilai
saham dari saat pemberian penghargaan sampai suatu tanggal tertentu di masa
depan. Hak apresiasi saham dan saham fantom adalah jenis bonus tunai ditunda di
mana jumlah bonus merupakan suatu fungsi dari harga pasar dari saham
perusahaan. Kedua rencana tersebut memiliki keunggulan dari opsi saham.
Dibandingkan dengan bonus tunai yang dibayarkan pada saat ini, keduanya
melibatkan ketidakpastian-dalam kedua arah-mengenai jumlah akhir yang
dibayarkan.
Contoh:
Avis Inc., perusahaan penyewaan mobil yang “mencoba untuk berusaha lebih
keras,” setuju untuk dibeli oleh pemilik waralaba HFS Inc. Sebesar $763 juta,
termasuk $85 juta dalam bentuk saham fantom dan hak apresiasi saham untuk
manajemen Avis Inc.
2.2.4.
Saham
Kinerja
Suatu rencana saham kinerja memberikan
sejumlah tertentu saham ke seseorang manajer ketika cita-cita jangka panjang
tertentu telah dipenuhi. Biasanya, cita-citanya adalah untuk mencapai
persentase pertumbuhan tertentu dalam laba persaham selama periode tiga sampai
lima tahun. Oleh karena itu, rencana ini tidak dipengaruhi oleh harga saham.
Keunggulan dari rencana ini dibandingkan dengan opsi saham adalah bahwa
eksekutif mengendalikan, paling tidak sebagian. Selain itu, penghargaan tersebut tidak bergantung
pada peningkatan dalam harga sama, meskipun peningkatan dalam laba keungkinan
besar akan menyebabkan terjadinya peningkatan dalam harga sham. Rencana ini
memiliki keterbatasan dari mendasarkan bonus pada ukuran-ukuran kinerja
akuntansi. Dalam beberapa kondisi, tindakan yang diambil oleh eksekutif
korporat untuk memperbaiki laba per saham mungkin tidak memberikan kontribusi
pada nilai ekonomi dari perusahaan.
2.1.3. Unit Kinerja
Dalam suatu rencana unit kinerja, suatu
bonus tunai dibayarkan ketika target jangka panjang tertentu telah tercapai.
Rencana ini dengan demikian menggbungkan aspek-aspek dari hak apresiasi saham
dan saham kinerja. Rencana ini terutama berguna di perusahaan-perusahaan yang
hanya memiliki sedikit atau tidak sama sekali saham yang diperdagangkan secara
publik. Target jangka panjang harus ditetapkan secara hati-hati agar rencana
ini dapat berhasil.
3. Insentif Untuk Pejabat Korporat
Setiap pejabat korporat, kecuali CEO,
bertanggung jawab sebagian atas
kinerja keseluruhan perusahaan. Para pejabat korporat ini dimotivasi oleh, dan
berhak untuk menerima, suatu bonus untuk kinerja yang baik. Tetapi, sebagian
kinerja yang dihasilkan oleh masing-masing dari
mereka tidak dapat diukur. Misalnya bagaimana seseorang dapat mengukur
kontribusi terhadap laba yang dibuat oleh CFO atau wakil presiden sumber daya
manusia atau kepala penasihat perusahaan?
Untuk menstimulasi motivasi, CEO (yang
merekomendasikan penghargaan untuk komite kompensasi dewan komisaris) biasanya
mendasarkan penghargaan pada penilaian terhadap kinerja masing-masing dari
orang. Penilaian ini tentu saja bersifat subjektif. Beberapa perusahaan
menggunakan manajemen berdasarkan tujuan (manajement
by objectives-MBO) di mana tujuan tertentu disetujui bersama di awal tahun
dan pencapaiannya dinilai oleh CEO.
3.1.
Kompensasi
CEO
Kompensasi CEO biasanya didiskusikan
oleh komite kompensasi dewan komisaris setelah CEO tersebut mempresentasikan
rekomendasi untuk kompensasi bawahannya. Sikap umum CEO terhadap persentase
yang sesuai untuk kompensasi insentif di suatu tahun sangatlah jelas dari
persentase ini. Dalam kondisi umum, komite tersebut mungkin hanya menerapkan
persentase yang sama untuk kompensasi CEO tersebut. Tetapi, komite itu mungkin
memberikan tanda-tanda akan penilaian yang berbeda untuk kinerja CEO dengan
memutuskan persentase yang lebih tinggi atau lebih rendah. Ini, mungkin lebih
dari pernyataan lainnya dari dewan komisaris, merupakan suatu tanda penting
mengenai bagaimana dewan komisaris menilai kinerja CEO tersebut. penilaian itu
sebaiknya disertai dengan penjelasan yang jujur mengenai alasan dari keputusan
tersebut.
Apakah CEO dibayarkan terlalu banyak?
Masalah ini telah menjadi perdebatan seru ketika dunia bisnis telah diguncang
oleh serangkaian skandal selama dua tahun terakhir, yang dimulai dengan
pecahnya gelembung Internet, dan kemudian bergerak ke masalah-masalah di
industri telekom-semuanya telah sangat mempengaruhi perusahaan-perusahaan maju
lainnya. Salah satu bagian dari skandal ini telah menjadi pendorong utama untuk
melakukan reformasi pengelolaan perusahaan (corporate
governance) secara substansial guna mengembalikan kepercayaan investor.
Beberapa usulan telah dibuat untuk memastikan bahwa dewan komisaris bertindak
untuk kebaikan pemegang saham dan tidak bekerja di bawah tekanan CEO.
1. Cegah
direktur untuk tidak menjual saham mereka selama selama masa jabatannya guna
mendorong mereka untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan “sulit” kepada CEO
tanpa rasa takut bahwa hal itu akan mempengaruhi harga saham jangka pendek.
2. Tetapkan
batasan-batasan tegas mengenai masa jabatan direktur guna mencegah mereka
menjadi terlalu terlibat dengan manajemen.
3. Adakan
tinjauan kinerja tahunan dari para direktur.
4. Hindari
menjadikan CEO korporat sebagai ketua dewan komisaris.
Area yang telah menerima momentum yang
cukup besar adalah untuk memaksa perusahaan mencatat opsi saham sebagai beban.
Dalam aturan-aturan yang sekarang, perusahaan tidak harus menghitung biaya opsi
saham sebagai beban. Diargumentasikan bahwa runtuhnya perusahaan-perusahaan
seperti WorlCom dan Enron ada kaitannya dengan beban opsi saham yang
berlebihan. Eksekutif akhirnya menggunakan praktik akuntansi yang dipertanyakan
dan terlibat dalam akuisisi yang tidak ekonomis hanya untuk meningkatkan laba
dan harga saham jangka pendek, agar dapat menjual opsi saham mereka.
Perusahaan seperti Coca Cola dan
Washington Post telah mulai membebankan opsi secara sukarela. Argumentasi
berikut ini diberikan untuk mendukung pembebanan opsi saham pada tahun opsi
tersebut diberikan kepada manajemen puncak.
1. Pertama,
sekitar 75 persen kompensasi CEO dan manajemen puncak mencerminkan opsi saham.
Opsi tersebut harus dibebankan, sama seperti 25 persen sisa (gaji, bonus tunai)
dibebankan.
2. Kedua,
memperlakukan opsi saham sebagai beban akan menghasilkan gambaran laba yang
lebih akurat, sehingga mengembalikan kepercayaan investor. Misalnya, Intel
hanya akan memperoleh laba sebesar 4 persen per lembar saham untuk tahun 2001,
80 persen lebih rendah dibanginfkan dengan angka yang dilaporkan, jika opsi
saham dibebankan.
3. Ketiga,
dengan aturan akuntansi yang sekarang, perusahaan merasa bahwa opsi saham
adalah gratis, dan dengan demikian mereka terlalu banyak memberikan penghargaan
kepada para CEO dalam bentuk opsi saham. Tetapi opsi mendilusi saham dan
memiliki biaya yang riil. Keempat, memperlakukan opsi sebagai beban akan
mencegah manajemen puncak untuk melakukanpermainan akuntansi guna memompa harga
saham jangka pendek guna mengonversi opsi mereka menjadi uang tunai.
4. Terakhir,
ada standar ganda pada saat ini karena perusahaan diperbolehkan untuk membebankan
selisih antara harga penerbitan dengan harga pelaksanaan dari opsi untuk tujuan
pajak penghasilan, akan tetapi tidak ada keharusan yang sama untuk pelaporan
keuangan. Misalnya, laba kena pajak Microsoft berkurang sebesar $2 miliar
sebagai akibat dari membebankan opsi pada tahun 2000, tetapi laba bersihnya
yang dilaporkan kepada pemegang saham tidak mengandung beban ini.
Argumen berikut ini dikemukakan terhadap
pembebanan opsi saham.
1. Pertama, tidak seperti gaji, opsi saham tidak
melibatkan pengeluaran kas. Dengan demikian, membebankan opsi saham akan sangat
mengurangi laba.
2. Kedua, menilai opsi saham jauh lebih mudah. Hal
tersebut melibatkan asumsi dan estimasi. Dengan demikian, angka yang dihasilkan
dapat dimanipulasi.
3. Ketiga, memperlakukan opsi sebagai beban akan
menurunkan laba dan mengurangi harga saham. Guna mencegah hal ini, perusahaan
akan menerbitkan lebih sedikit opsi. Hal ini berlawanan dengan konsep
kepemilikan karyawan dan mengakibatkan hilangnya fungsi manfaat motivasional.
4. Keempat, usaha awal yang membutuhkan banyak uang,
terutama di Silicon Valley, menggunakan opsi untuk menarik bakat manusia.
Apabila pembebanan opsi menghalangi untuk perusahaan menerbitkan opsi saham,
hal tersebut dapat merusak secara serius semangat inovatif dalam sektor
teknologi.
5. Terakhir, opsi saham diungkapkan dalam catatan
kaki di neraca. Dalam kasus apapun, akuntansi opsi saham bukanlah yang
menyebabkan hancurnya Enron dan WorlCom.
4. Insentif untuk
Manajer Unit Bisnis
4.1
Jenis
Insentif
Beberapa insentif bersifat keuangan,
sementara lainnya bersifat psikologis dan sosial. Insentif keuangan mencakup
kenaikan gaji, bonus, tunjangan, dan fasilitas (mobil, perjalanan wisata,
keanggotaan klub, dan seterusnya). Insentif psikologis dan sosial meliputi kemungkinan promosi, tambahan
tanggung jawab, otonomi yang lebih besar, lokasi geografis yang lebih baik, dan
pengakuan (piala, partisipasi dalam program pengembangan eksekutif, dan
semacamnya). Dalam bagian ini, dibahas mengenai insentif keuangan untuk manajer
unit bisnis, sementara mengakui bahwa motivasi manajer diakui baik oleh
insentif keuangan maupun insentif non keuangan.
4.2
Ukuran
bonus relative terhadap gaji
Ada dua paham pemikiran mengenai cara
untuk membaurkan penghargaan tetap (gaji dan tunjangan) dengan penghargaan
variabel (bonus intensif) dalam total kompensasi manajemen. Yang pertama,
perusahaan merekrut orang yang baik, membayarnya dengan baik, dan kemudian
mengharapkan kinerja yang baik.Perusahaan yang menganut paham ini menekan pada
gaji bukan bonus intensif. Hal ini disebut dengan sistem pembayaran tetap.
Paham yang kedua, perusahaan merekrut orang yang baik, mengharapkan mereka
untuk berkinerja dengan baik, dan membayar mereka dengan baik jika kinerja
mereka benar-benar actual. Perusahaan yang menganut filosofi ini mempraktikkan
pembayaran berdasarkan kinerja, mereka menekan pada bonus intensif bukan gaji.
Tampilan 1
Pembayaran berdasarkan kinerja
|
Merekrut orang yang
baik
|
Mengharapkan kinerja
yang baik
|
Membeyar mereka dengan baik jika kinerja benar-benar baik
|
Pembayaran tetap
|
Merekrut orang yang
baik
|
Membayar mereka dengan
baik
|
Mengharapkan kinerja
yang baik
|
Perbedaan fundamental antara kedua
filosofi ini muncul dari fakta bahwa kompensasi ada lebih dahulu dan kinerja
datang kemudian dalam pembayaran tetap. Sebaliknya, kinerja ada labih dahulu
kemudian kompensdasi datang kemudian dalam pembayaran berdasarkan kinerja.
Kedua filosofi ini memiliki limplikasi motivasional yang berbeda bagi manajer.
Karena gaji adalah pendapatan yang dijamin, menekan pada gaji dapat menekan
konservatisme dan kepuasan diri. Menekan bonus intensif di pihak lain,
cenderung untuk memotivasi manajer untuk melakukan usaha maksimum. Untuk alasan
ini, banyak perusahaan menggunakan bonus intensif untuk manajer unit bisnis.
4.2.1. Tingkat
Batas
Suatu rencana bonus mungkin memiliki
tingkat batas atas dan tingkat batas bawah. Batas atas adalah tingkat kinerja
dengan mana bonus maksimum dicapai. Batas bawah adalah tingkat bawah dimana
tidak ada penghargaan bonus yang akan diberikan. Kedua batas tersebut dapat
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, ketika manajer unit bisnis
menyadari bahwa bonus maksimum telah dicapai atau tidak ada bonus sama sekali,
maka sistem bonus dapat bekerja berlawanan dengan cita-cita perusahaan. Dari
pada berusaha untuk megoptimalkan laba diperiode-periode sekarang, manajer
mungkin termotivasi untuk menurunkan profitabilitas disatu tahun dengan
melakukan pengeluaran yang berlebihan dalam beban diskresioner untuk
menciptakan suatu peluang akan bonus yang tinggi ditahun berikutnya.
4.3
Dasar
bonus
Bonus intensif seorang manajer unit
bisnis dapat didasarkan hanya pada total laba perusahaan atau pada unit bisnis
atau campuran keduanya. Salah satu argumen untuk meningkatkan bonus kinerja
unit adalah bahwa keputusan dan tindakan manajer tersebut lebih berdampak
secara langsung pada unit sendiri dan bukan pada unit bisnis yang lain. Tetapi,
pendekatan semacam itu dapat sangat menghambat kerja sama antarunit.
Dalam suatu perusahaan industri tunggal
yang unit bisnisnya sangat tergantung satu sama lain, bonus manajer terutama
dikaitkan dengan kinerja perusahaan karena kerja sama antarunit adalah penting.
Untuk perusahaan diversifikasi terikat, mungkin lebih baik untuk mendasarkan
sebagian dari bonus manajer unit bisnis pada laba unit dan sebagian lagi pada
laba perusahaan guna menghasilkan campuran intensif yang tepat.
4.4
Kriteria
Kinerja
4.4.1. Kriteria
Keuangan
Jika unit bisnis tersebut adalah
suatu pusat laba, memilih kriteria keuangan dapat mencakup margin kontribusi,
laba langsung unit bisnis, laba unit bisnis yang dapat dikendalikan, laba
sebelum pajak, dan laba bersih. Jika unit bisnis tersebut adalah pusat
investasi, maka keputusan perlu dibuat di tiga area, yaitu: definisi laba,
definisi investasi, dan pilihan antara tingkat pengembalian atas investasi dan
eva.
4.4.2. Penyesuaian
untuk Faktor-Faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan
Selain memilih kriteria keuangan,
perusahaan harus menunjukkan penyesuaian apa yang akan mereka lakukan untuk
faktor-faktor yang tidak dapat di kendalikan. Biasanya, mereka menyesuaikan
terhadap dua jenis pengaruh. Penyesuaian yang satu menghilangkan beban yang
diakibatka oleh keputusan yang dibuat oleh eksekutif diatas tingkat unis
bisnis.
4.4.3. Manfaat
dan Kekurangan
Target
Keuangan
Jangka
Pendek
Gagasan yang bagus untuk mengaitkan
bonus manajer unit bisnis ke pencapaian target keuangan tahunan. Hal itu
mendorong manajer untuk mencari cara baru guna melaksanakan operasi saat ini
dan menciptakan aktivitas baru guna memenihi target keuangan.
4.4.4. Mekanisme
untuk Mengatasi
Bias
Jangka
Panjang
Mekanisme intensif dapat mengatasi
orientasi jangka pendek dari cita-cita keuangan tahunan. Meskipun ini memiliki
keunggulan yang jelas dari pelunasan horizon waktu manajer.
4.4.5. Tolok
Ukur untuk Perbandingan
Kinerja manajer unit bisnis dapat
dinilai dengan membandingkan hasil actual dengan anggaran laba, kinerja masa
lalu, kinerja pesaing. Praktik yang umum adalah mengevaluasi manajer unit
bisnis terhadap anggaran laba.
4.4.6. Tidak
Dapat Diamatinya
Tindakan Agen
Perbedaan preferensi yang terkait
dengan kompensasi dan tambahan timbul manakala principal tidak dapat dengan
udah memantau tindakan agen. Pemegang saham tidak berada dalam posisi untuk
memantau aktivitas CEO setiap harinya untuk memastikan bahwa ia bekerja untuk
kepentingan mereka
4.5
Mekanisme
pengendalian
4.5.1. Pemantauan
Principal dapat merancang sistem pengandaliam yang
memantau tindakan agen, menghalangi tindakan yang meningkatkan kekayaan agen
dengan mengorbankan kepentingan principal. Teori agensi telah mencoba
menjelaskan mengapa hubungan agensi yang berbeda melibatkan tingkat pemantauan
yang berbeda.
4.5.2. Kontrak
intensif
Prinsipal mungkin mencoba untuk membatasi perbedaan
preferensi dengan menetapkan kontrak intensif yang sesuai. Semakin besar
penghargaan agen bergantung pada ukuran kinerja, semakin banyak intensif yang
ada bagi agen tersebut untuk memperbaiki ukuran.
4.5.3. Kompensasi
CEO dan rencana kepemilikan saham
Suatu perusahaan yang membayarkan suatu bonus kepada
CEOnya dalam bentuk opsi saham merupakan salah satu contoh dari biaya agensi
yang ada dalam kompensasi insentif. Salah satu biayanya adalah perbedaan
preferensi antara resiko pemilik dan CEO. Agen itu, sudah siap untuk
menghindari resiko, menghadapi resiko jika gajinya didasarkan pada kinerja
harga saham.
4.5.4. Manajer
unit bisnis dan intensif berdasarkan akuntansi
Hubungan antara usaha manajer unit bisnis dan harga
saham lebih jauh dibandingkan dengan hubungan antara
uasaha CEO dan harga saham. Sulit untuk mengalokasikan kontribusi yang
diberikan oleh unit bisnis individual terhadap peningkatan dalam harga saham
perusahaan.karena alasan ini, suatu perusahaan mungkin mendasarkan bonus
manajer unit bisnis berdasarkan laba bersih unit bisnis tersebut. Tetapi
kontrak intensif ini masih memiliki biaya agensi yang serupa dengan yang
dibahas dalam rencana kepemilikan saham CEO.
4.6
Kritik
Teori Agensi merupakan teori yang berusaha untuk menjelaskan
faktor-faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam mendesain kontrak-kontrak
insentif untuk memotivasi para individu mencapai keselarasan tujuan.
Hubungan
agensi adalah hubungan yang timbul antara satu pihak , (prinsipal), yang
menyewa pihak lain, (agen) untuk melaksanakan sejumlah jasa, dan prinsipal juga
mendelegasikan wewenang pembuatan keputusan pada agen. Dalam perseroan
terbatas, para pemegang saham adalah para prinsipal dan CEO adalah agennya.
a. Perbedaan tujuan prinsipal
dan agen
· Agen dianggap menerima kepuasan tidak hanya dari
komponen keuangan, namun juga dari kepuasan lain yang diperolehnya dari
hubungan agensi. Di lain pihak, prinsipal dianggap hanya tertarik pada
kembalian keuangan yang tumbuh dari investasinya dalam perusahaan.
· Prinsipal dan
agen mempunyai perbedaan dalam preferensi risiko, prinsipal netral resiko, agen
segan resiko.
Model agen adalah nilai manajer menurut penilaian pasar dan tergantung
kinerja perusahaan yang dikelolanya.
b. Tindakan agen yang tidak
dapat diobservasi
·
Perbedaan
preferensi prinsipal dengan agen mengenai kompensasi dan penghasilan lain untuk
agen dapat timbul jika prinsipal tidak dapat memantau dengan mudah
tindakan-tindakan agen.
· Situasi ini mungkin disebabkan oleh asimetris
informasi, adalah situasi yang terbentuk karena prinsipal tidak memiliki
informasi yang cukup mengenai kinerja agen sehingga prinsipal tidak pernah
dapat menentukan kontribusi usaha-usaha agen terhadap hasil-hasil perusahaan
yang sesungguhnya. Asimetris dapat timbul dalam beberapa bentuk :
1) Tanpa pemantauan, hanya agen yang mengetahui apakah ia
bekerja dengan baik demi kepentingan prinsipal.
2)
Agen mungkin mengetahui lebih banyak mengenai
perusahaan daripada prinsipal.
3)
Agen
dalam melaksanakan tugasnya mungkin diarahkan oleh informasi pribadi.
· Oleh karena perbedaan preferensi antara prinsipal
dengan agen dan juga informasi pribadi agen, agen mungkin memberikan resiko
moral (moral hazard) adalah kesengajaan agen untuk menyajikan informasi yang
salah pada prinsipal.
Teori agensi mengimplikasikan bahwa
manajer di organisasi nirlaba dan pemerintahan, yang tidak dapat menerima
kompensasi insentif, kurang memiliki motivasi yang diperlukan untuk keselarasan
tujuan, banyak orang yang tidak menerima implikasi ini. Teori agensi menyatakan
bahwa model tersebut tidak alebih dari sekadar pernyataan atas fakta yang
terlihat jelas yang dinyatakan dalam simbol matematis.
KASUS
CROWN POINT CABINETRY
PENDAHULUAN
Saat
itu adalah tahun 2002 dan Brian Stowell, CEO Crown Point Cabinetry, sedang
merenungkan perubahan luar biasa yang dialami selama sembilan tahun periode
kepemimpinannya di perusahaan manufactur skala kecil tersebut. Berlokasi di
daerah pedesaan Claremont, New Hampshire, Crown Point memasok lemari cabinet
dapur bermutu tinggi yang dibuat sesuai pesanan untuk pelanggan di seluruh
Amerika Serikat. Perusahaan tersebut merupakan pemberi kerja yang dihormati dan
diminati dalam komunitas kecil tersebut, menyombongkan bahwa perusahaan itu
memiliki angkatan kerja yang terinspirasi dan termotivasi. Perusahaan tersebut
telah memperoleh kepercayaan dari ribuan pelanggan dalam negeri. Akan tetapi keadaan
ini tidak selalu berlaku.
Industri
Industri
lemari cabinet di Amerika Serikat sangat terfragmentasi, dengan lebih dari
5.000 produsen yang menghasilkan cabinet standar (stock cabinet), cabinet semi pesanan (semi-custom) dan cabinet sesuai pesanan (custom cabinet) melalui berbagai saluran distribusi. Pada tahun
1998, produsen terbesar menguasai 15 persen pangsa pasar ini, sementara
produsen terbesar kedua hanya menguasai 7 persen. Lebih dari saparuh produsen
memperkerjakan kurang dari 10 orang.
Permintaan
terhadap cabinet mengikuti tren industri konstruksi rumah tinggal. Distributor
dan dealer masing-masing mewakili sekitar 30 persen pembelian cabinet
produsen, sementara pusat peralatan
rumah dan pemborong mewakili sisanya dengan masing-masing mewakili jumlah yang
sama. Kurang dari satu persen cabinet dibeli secara langsung dari produsen.
Bersamaan dengan munculnya peritel pengembangan rumah besar pada tahun 1990-an,
tren permintaan terhadap cabinet standar telah menguat sementara pangsa pasar
cabinet sesuai pesanan turun dari 26 persen pada tahun 1989 menjadi kurang dari
15 persen pada tahun 1993.
Crown
Point, dengan 85 tenaga kerja, relative dikategorikan sebagai produsen besar,
meskipun beberapa perusahaan produsen cabinet mempekerjakan lebih dari 1.000
orang. Crown Point memproduksi cabinet yang dibuat berdasarkan pesanan dan,
dengan rata-rata penjualan pada tahun 2001 mencapai lebih dari $25.000 untuk
satu set cabinet dapur, bersaing di pasar kelas atas dari pembuatan cabinet.
Sejarah
Norm
Stowell yang mendirikan bisnis ini pada tahun 1970, memproduksi cabinet pertama
di garasi rumah nya dengan menerapkan prinsip kualitas dan jasa sekitar pada
tahun 1992 Norm telah mengembangkan bisnis tersebut menjadi lebih dari 100
tenaga kerja, termasuk ketujuh anaknya. Sementara pendapatan perusahaan tumbuh
secara substansial, laba mengalami penurunan. Brian Stowell, salah satu putra
Stowell yang terlibat di perusahaan tersebut, mengelola penjualan pada tahun
1992 tetapi lebih memiliki minat untuk menjalankan bisnis tersebut. Atas
persetujuan saudara-saudara kandung dan ayahnya, Brian memangku jabatan sebagai
CEO pada tahun 1993.
Produk
dan Proses Produksi Crown Point
Crown
Point memproduksi cabinet di pabriknya yang seluas 33.000 kaki persegi (sekitar
setengah ukuran lapangan bola). Fasilitas tersebut menurut standar pabrik
produksi ringan tergolong sederhana, sebagaimana dibuktikan dengan berjejalnya
persediaan barang dalam proses dan barang jadi. Setiap lemari cabinet dapur, t
ersedia
dalam berbagai model, jenis kayu, dan penyelesaian, dirancang khusus sesuai
dengan spesifikasi dari pelanggan. Desain dikirim kelantai produksi dimana
bahan baku (terutama kayu maple, kayu ek, kayu pinus, dan jenis kayu lainnya)
dipotong untuk membuat kerangka, pintu, dan kotak.
Pekerjaan
dibedakan berdasarkan tugas pekerja dilantai produksi. Setiap potong kayu
diamplas dengan tangan dan diselesaikan dengan pernis atau cat khusus. Produk
akhir dirakit, dibungkus dengan selubung khusus, dan dikirim menggunakan truk.
Jangka waktu dari pesanan diterima sampai dengan barang dikirim umumnya
berkisar antara 14 sampai 20 minggu, yang sebagian besar merupakan waktu tunggu
(waktu yang dibutuhkan dari saat penjualan terjadi hingga saat produksi). Waktu
actual yang dibutuhkan untuk produksi sendiri kurang lebih 10 hari. Meskipun
telah dilakukan investasi dalam peralatan pemotongan dan penyelesaian, keahlian
tangan dalam mengerjakan setiap bagian dari lemari cabinet membuat interaksi
pekerja dengan kayu menjadi bagian penting dalam pembuatan cabinet Crown Point.
Perubahan
Filosofi
Lingkungan
kerja Crown Point serupa dengan lingkungan kerja kebanyakan bengkel produksi
skala kecil. Peningkatan penjualan, dedikasi kelompok manajemen, dan jaringan
dealer yang puas tidak menghasilkan kinerja keuangan yang sehat. Beberapa
karyawan loyal pada perusahaan, akan tetapi sejumlah besar posisi dibuka untuk
rekrutmen sampai empat atau lima kali dalam satu tahun, sehingga menyebabkan
rata-rata perputaran karyawan dalam satu tahun mencapai 300 persen. Banyak karyawan
menggambarkan bahwa hubungan antara manajemen dengan karyawan adalah
“mengerikan.” Seorang karyawan mengingat “para manajer terbiasa memilik sikap
menyebalkan, seolah-olah mereka sedang menunjukkan kekuasaan mereka. Mereka
akan berdiri dibalik bahu kami dan berusaha untuk memastikan bahwa semua
pekerjaan telah dilaksanakan dengan baik. Apabila ternyata tidak, mereka akan
memberitahu Anda mengenai hal itu.”
Tingkat
ketidakhadiran karyawan sangat buruk. Reaksi manajemen terhadap masalah ini,
dan terhadap masalah lainnya, adalah menggunakan tangan besi. Para pemimpin
memberlakukan kebijakan meniadakan cuti dengan tetap dibayar bagi karyawan yang
beralasan sakit sebelum atau setelah libur akhir pecan. Namun sepertinya
kebijakan ini hanya berdampak sedikit.
Tetapi
masalah yang paling signifikan adalah buruknya pengendalian kualitas proses.
Sebagaimana Brian mengingat, “Walaupun kualitas akhir perusahaan sangatlah
bagus, perusahaan melakukan tiga sampai empat kali pengerjaan sebelum sebuah
cabinet dikirimkan ke luar.” Pada awal tahun 1993, Brian memutuskan untuk
melakukan unji coba atas pendekatan yang berbeda.
Sikap
Baru
Dengan
berdiri di atas meja dilantai produksi, Brian memanggil para karyawanan untuk
mengadakan pertemuan guna menyampaikan visinya.
“Mulai hari ini,” katanya, “keadaan
akan berubah. Saat ini kita memboroskan banyak uang untuk pengerjaan ulang, dan
pemborosan bahan baku. Saya tidak menginginkan uang tersebut dikeluarkan; lebih
baik uang tersebut diberikan kepada Anda. Orang-orang meninggalkan perusahaan
ini tanpa mendapatkan manfaat pensiun. Hal ini membuat saya sedih.
Saya
ingin mampu untuk memberikan hal-hal ini kepada karyawan. Mulai sekarang, jika
anda tidak memperdulikan kualitas dari awal, maka tidak ada pekerjaan yang
tersedia untuk Anda. Akan tetapi jika Anda peduli, maka Anda dapat bekerja
disini untuk seterusnya.”
Brian melanjutkan ke tema yang
kedua: “Hari ini, perusahaan bukanlah tempat kerja yang sangat diinginkan. Maka
visi saya adalah agar suatu hari orang-orang akan berkata kepada Anda, “Anda
bekerja di Crown Point? Wow, saya sungguh ingin bekerja di sana.”
Para karyawan merasa skeptis akan
tetapi Brian meminta mereka untuk mempercayainya. Sebagai isyarat niat baik,
Brian memutuskan perusahaan akan menyediakan donat dan kopi setiap pagi untuk
makan pagi, meskipun sebenarnya perusahaan tidak dapat menanggung biaya ini.
Pengumuman perubahan ini membawa periode restrukturisasi dan transisi yang
berat. Manajemen dengan kritis mengevaluasi para karyawan berdasarkan pada
kualitas kerja mereka dan mengurangi karyawan dari 76 menjadi 53 orang pada
tahun 1994. Selama periode itu, unit dan dolar penjualan meningkat.
Manajemen
Berdasarkan Tim
Berbeda
dengan sebagian kebanyakan tim manajemen Crown Point, istri Brian Stowell,
Becky, mempunyai pengalaman di bisnis yang berbeda. Sebagai anggota keluarga
dan pemegang saham, Becky menawarkan solusi sederhana namun radikal: membuang
lapisan-lapisan manajemen dan membiarkan karyawan memilih siapa diantara
rekan-rekan sejawat mereka yang berharga untuk dipertahankan dan mengusulkan
pendekatan manajemen berdasarkan tim yang memberdayakan karyawan dengan
tanggung jawab pengambilan keputusan personalia maupun manjemen.
Filosofi
tersebut diterima, dan delapan manajer lini produksi ditempatkan dalam tim-tim
kerja bersama-sama dengan karyawan yang sebelumnya mereka supervisi. Beberapa
manajer memilih untuk mengundurkan diri daripada “turun pangkat.” Beberapa manajer
yang lain dapat menyesuaikan diri tanpa banyak kesulitan. Sisanya berusaha
untuk menyesuaikan diri akan tetapi tidak mampu untuk bekerja dibawah sistem
baru tersebut.
Departemen produksi diubah
strukturnya menjadi beberapa tim yang masing-masing beranggotakan maksimum 12
orang. Rapat diselenggarakan setiap hari untuk memfasilitasi komunikasi,
menampung keluhan, mengusulkan perbaikan kerja, dan menjadwalkan produksi.
Dalam setiap rapat berkembang suatu pola dimana hanya dua atau tiga individu
yang mendominasi pembicaraan, sedangkan sisanya tetap diam. Untuk mengatasi hal
ini, perusahaan menawarkan pelatihan komunikasi bagi seluruh karyawan dan
membagi tim-tim tersebut menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Pada tahun 1994, tim-tim telah
merancang lembar tinjauan rekan kerja atau “kartu skor (scorecard).” Kartu ini digunakan untuk mengevaluasi kinerja anggota
tim dan memberikan rekomendasi kenaikan gaji sampai dengan persentase maksimum
yang telah ditetapkan manajemen. Kartu tersebut, yang tidak pernah berubah
sejak awal dikeluarkannya, sengaja dibuat bersifat subjektif. Berbagai tingkat
rincian kartu skor ditawarkan oleh karyawan, akan tetapi ada satu hal yang
tampaknya tetap sama; banyak karyawan yang menerima kritik yang sama
berulang-ulang, akan tetapi sedikit sekali yang tidak menerima kenaikan gaji
maksimum. Hasilnya adalah hamper seluruh karyawan menerima kenaikan gaji yang
sama maksimum.
Sejak terbentuknya, setiap kelompok
diberi kekuasaan untuk merekrut dan memberhentikan para anggotanya. Kepala
sumber daya manusia pertama-pertama mewawancarai kandidat anggota tim. Kandidat
yang direkomendasikan selanjutnya diwawncarai oleh tim yang bersangkutan. Lebih
dari 75 persen kandidat yang diusulkan oleh bagian sumber daya manusia ditolak
oleh tim.
Pembagian Keuntungan
Pada
tahun 1997 Crown Point melembagakan sistem insentif yang dirancang untuk
mengurangi biaya tenaga kerja. Biaya tenaga kerja umumnya merupakan 25 persen
dari seluruh biaya yang dikeluarkan oleh produsen cabinet. Brian dan Beckymengusulkan
untuk membagikan penghematan biaya tenaga kerja kepada para karyawan melalui
program pembagian keuntungan bersyarat (program
termed gainsharing). Sistem ini bekerja sebagai berikut :
1. Brian mengalikan
angka-angka penjualan setiap bulan dengan sekelompok persentase yang disusun berdasarkan estimasi
kemapuan perusahaan untuk membayar tenaga kerja. Angka ini digunakan untuk
menentukan jumlah bonus maksimum.
2. Dari angka ini,
biaya tenaga kerja actual untuk jam kerja, regular, biaya lembur, dan anggaran
cuti karyawan dikurangkan.
3. Dana
yang tersisa didistribusikan secara merata setiap bulannya sebagai persentase
di antara para karyawan berdasarkan upah yang diperoleh.
4. Setiap bulan perhitungan ini
dilakukan dari awal tanpa memperdulikan kinerja bulan sebelumnya. Setiap hari
Senin sore, pertemuan diselenggarakan guna membicarakan berbagai hal antara
lain realisasi pembagian bonus keuntungan.
Lebih dari 95 persen waktu sejak diberlakukannya sistem intensif ini
bonus tersebut telah dibayarkan, dengan
rata-rata sebesar 11-20 persen dari kompensasi tahunan sejak tahun 1997 sampai
tahun 2001.
Akibat yang tidak diinginkan dari
sistem pembagian keuntungan ini adalah timbulnya rasa permusuhan pada
individu-individu yang bekerja lembur. Karena perhitungan pembagian keuntungan
bedasarkan pada kinerja perusahaan secara keseluruhan dan distribusi kepada karyawan didasarkan
pada upah yang diperoleh, akibatnya individu-individu yang bekerja lembur
menerima bagian bonus yang tidak proporsional. Pengurangan tenaga kerja agaknya
mengatasi masalah tersebut karena individu-individu yang perlu bekerja lembur
(karena pekerjaan yang belum selesai) pada akhirnya dikeluarkan oleh
anggota-anggota kelompok yang lain.
Sistem
Penghargaan / Denda atas Pesanan yang Tertunda
Crown
Point membanggakan diri atas ketepatan waktu dan kelengkapan pengiriman barang.
Barang pesana yang diserahkan secara tidak lengkap diidentifikasikan sebagai
“pesanan tertunda (backorder).” Suatu pesanan tertunda membutuhkan pengiriman
susulan untuk komponen yang tertinggal dan pemasangannya di lapangan. Ketika
bonus pembagian keuntungan dibayarkan, jumlah pesanan yang tertunda selalu
meningkat. Brian menjelaskan berulang-ulang dampak jangka panjang dari pesanan
yang tertunda terhadap bisnis. Ia menjelaskan bahwa karena bisnis sangat
bergantung pada kepuasan pelanggan dan promosi dari mulut ke mulut, adalah
penting bahwa pesanan diterima dalam keadaan lengkap dan tepat waktu. Himbauan
Brian tampaknya tidak menolong.
Pada
awal tahun 1998, denda sebesar $250 diterapkan pada jumlah total bonus
pembagian keuntungan atas setiap pesanan yang tertunda. Tidak ada dampak yang
terjadi, sehingga denda dinaikkan menjadi $500. Lagi-lagi denda tersebut tidak
berpengaruh secara signifkan.Akhirnya pada tahun 1999 denda tersebut dinaikkan
menjadi $1.000 dan dijanjikan bagi setiap karyawan untuk setiap minggu yang
tidak mengalami pesanan yang tertunda. Frekuensi pesanan tertunda menurun
secara nyata.
Karyawan
bergembira ketika suatu satu minggu berlalu tanpa ada pesanan tertunda dan
makan siang segera disajikan hampir setiap hari kamis. Akan tetapi tidak semua
karyawan bergembira, terutama karyawan di bagian depan yang mendapat tambahan
pekerjaan mengurus makan siang untuk 85 orang setiap minggunya. Beberapa bertanya-tanya
apakah makan siang mingguan sebesar $500 adalah hal yang dapat dijustifikasi.
Kenaikan
Upah
Bonus
pembagian keuntungan mendekati 20 persen pada tahun pertama penerapannya. Tahun
berikutnya, tahun1998, Brian dan Becky memutuskan untuk meningkatkan upah.
Mereka beranggapan bahwa karyawan akan lebih mampu untuk memperoleh pinjaman
dan merencanakan / membayar untuk barang-barang yang dapat mereka andalkan dari
gaji yang pasti. Upah dinaikkan lagi 14 bulan kemudian pada tahun 2000 dan lagi
pada tahun 2001.
Kenaikan
upah ini menimbulkan dampak menahan bonus pembagian keuntungan pada angka
kurang dari 25 persen setahunnya. Seperti yang dapat diperkirakan, karyawan
cukup gembira atas kenaikan tersebut meskipun beberapaorang merasa khawatir
bahwa kenaikan upah pada akhirnya akan menyebabkan mereka kehilangan pekerjaan.
Brian meyakinkan mereka bahwa uang ekstra yang dipergunakan merupakan hasil
langsung dari penghematan biaya tenaga kerja yang kontinu karena peningkatan
produktivitas dan bahwa keamanan kerja masih merupakan prioritas.
Keselamatan
Kerja
Program
keselamatan kerja disusun dan dituangkan dalam pedoman norma kerja Norm
Stowell. Pada tahun 1994 satu tim program keselamatan kerja dibentuk atas
perintah Becky Stowell dan Jeff Stowell, saudara laki-laki Brian. Tim tersebut
menyusun peraturan dan pedoman kerja, dan para karyawan diberi wewenang untuk
memberhentikan karyawan lain dari pabrik untuk alasan pelanggaran keselamatan
kerja. Tim keselamatan kerja menentukan denda, termasuk pemecatan, bagi pelanggar.
Setiap orang tunduk pada peraturan yang sama; bahkan pendiri dan presiden
perusahaan “mendapat pelatihan kembali” mengenai standar-standar keselamatan
kerja. Melayani tim keselamatan kerja menjadi tugas yang perlu tetapi kadang
merupakan bagian yang tidak diinginkan dari bekerja di Crown Point karena
anggota tim sering kali tersiksa oleh keputusan untuk memecat teman yang
melanggar peraturan keselamatan kerja.
Crown
Point telah lama menjadi bagian dari trust kompensasi pekerja yang didanai dan
dikelola sendiri, yang terdiri atas kelompok pilihan dari produsen-produsen
kecil. Kelompok ini mengelola asuransi kompensasi pekerja dengan cara
bekerjasama dengan Negara bagian New Hampshire. Keanggotaan dalam kelompok
tersebut menuntut catatan keselamatan kerja yang tidak tercela dan komitmen
atas praktik-praktik kerja yang aman. Sebagai penghargaan atas catatan
keselamatan kerja Crown Point, perusahaan tersebut menikmati experience mod terendah dalam kelompok
ini. Pada akhir tahun 1992, experience
mod Crown Point adalah 40 persen diatas rata-rata Negara bagian. Pada tahun
2001 experience mod Crown Point turun
menjadi 32 persen dibawah rata-rata Negara bagian.
Menjadi
Anggota Komunitas
Crown
Point beranggapan bahwa menjadi anggota komunitas merupakan bagian penting
dalam menjalankan bisnis. Pada tahun 2001 Crown Point memperoleh penghargaan
“Company of the Year” tahunan pertama yang dikeluarkan oleh Claremont Chamber
of Commerce. Penghargaan ini didasarkan pada kualitas dan kuantitas nominasi
yang diterima oleh anggota komunitas itu. Banayak dari nominasi untuk Crown
Point yang diterima oleh dewan dilaporkan berasal dari karyawan Crown Point.
Pada
tahun 2002 suatu komite dari karyawan Crown Point dibentuk untuk mengumpulkan
dana dari karyawan, dan perusahaan juga akan memberikan dalam jumlah yang sama,
untuk didistribusikan pada kegiatan komunitas. Perusahaan memperoleh banyak
permintaan untuk menerima penghargaan atau pengakuan atas sokongannya terhadap
komunitas. Karyawan perusahaan yang duduk di komite tersebut bergantian menjadi
wakil perusahaan dalam menerima
penghargaan-penghargaan itu.
Komunikasi
Sebagai
hasil dari struktur berdasarkan tim, komunikasi dalam perusahaan telah sangat
berkembang. Brian memperkenalkan kebijakan pintu terbuka, mengunjungi bengkel
secara teratur, mengenal seluruh karyawan berdasarkan nama, dan berpartisipasi
pada banyak pertemuan harian tim
produksi. (Tim produksi mengadakan pertemuan tiga kali sehari untuk meninjau
kemajuan produksi dan kualitas). Karyawan telah menggunakan kebebasan mereka
untuk mengemukakan keprihatinan mereka kepada Brian. Pertemuan mingguan tingkat
pabrik digunakan sebagai sarana untuk mengomunikasikan kinerja keuangan,
informasi keselamatan kerja, dan pengumuman perusahaan. Beberapa rekan
komunitas bisnis Brian mengagumi keterbukaan informasi yang dibagi, yang
sebagian besar mereka anggap sebagai informasi rahasia, yang bearti bahwa
mereka tidak akan pernah “membiarkan” karyawan [mereka] mengetahui berapa
jumlah uang yang [mereka] hasilkan atau keluarkan untuk tenaga kerja.
Crown
Point tidak menderita banyak perselisihan yang biasanya menimpa bisnis
keluarga. Komunikasi antar anggota keluarga selalu berjalan dengan baik. Brian
memerhatikan meskipun banyak perubahan yang telah dilakukannya tidak didukung
ayahnya, beliau memilih untuk tidak campur tangan dan memberikan kebebasan
Brian dan Becky untuk sukses atau gagal.
Lain-lain
Crown
Point menambahkan berbagai tunjangan lainnya bagi karyawan sejak tahun 1993.
Suatu rencana dana pensiun 401K diterapkan pada tahun 1996. Awalnya, perusahaan
membayar biaya administrasi rencana tersebut tetapi tidak menandingi sumbangan
karyawan. Pada tahun 2001, perusahaan menyamakan kontribusinya menjadi 50
persen dari sumbangan karyawan, dengan jumlah maksimum 10 persen dari gaji karyawan.
Sebanyak
95 persen karyawan berpartisipasi dalam rencana dana pensiun tersebut. Jumlah
ini adalah 20 persen lebih besar dari rata-rata rencana sejenis. Program piknik
tahunan, tempat duduk khusus diarena olahraga terdekat, program ski di kaki bukit,
alat pembuat es krim dan pembakar jagung di ruang makan siang, serta program
sarapan harian yang berkelanjutan dan diperluas, merupakan beberapa contoh
fasilitas yang diberikan kepada karyawan.
Penjualan
dan Pemasaran
Sampai
tahun 1993, seperti juga produsen lemari cabinet yang di buat berdasarkan
pesanan lainnya, Crown Point menggunakan jaringan dealer yang ekstensif
(berjumlah 76 secara total) untuk menjual produknya. Penjualan langsung kurang
dari 25 persen pada tahun 1994, naik menjadi 50 persen pada tahun 1998, dan
mencapai 95 persen pada tahun 2001. Alasan terjadinya transisi ini adalah
sederhana. Brian merasa bahwa margin sebesar 30 persen yang diperoleh dealer
lebih baik digunakan secara internal, seperti untuk mendanai tim
desain/penjualan dan meningkatkan pemasangan iklan. Tim desain menerima pesanan
dari pelanggan potensial, mencari proyek dari desainer professional dan
kontrakator, menyiapkan penawaran, dan melakukan transaksi penjualan.
Anggota
tim berkembang dari 1 orang menjadi 13 orang dan menerima sepertiga kompensasi
dalam bentuk gaji pokok dan dua pertiganya dalam bentuk komisi. Anggaran
pemasaran Crown Point meningkat lebih dari empat kali lipat dari tahun 1994
sampai tahun 2001, dimana sebagian besar kenaikan tersebut dialokasikan untuk
iklan dimajalah perdagangan. Pada tahun 2002, suatu program televise swasta
nasional yang membahas tentang perlengkapan rumah, Bob Vila’s Home Again, menayangkan pabrik dan kualitas kerja
karyawan Crown Point sebagai bagian dari proyek renovasi perumahan di Vermont.
Hal tersebut menjadi publikasi besar untuk perusahaan.
Hasil
Tampaknya
tujuan Brian yang dinyatakan dalam pidatonya pada tahun 1993 telah tercapai.
Kualitas proses meningkat secara dramatis, menghasilkan keuntungan
produktivitas yang signifikan dan penghematan bahan baku. Hal ini ditunjukkan
oleh sikap kerja di pabrik. Salah satu wakil karyawan menyuarakan bagaimana
perasaan karyawan yang bekerja disana:
“Saya
melakukan kerja yang berkualitas karena itulah yang diinginkan pelanggan.”
Katanya. “Keluarga Stowell telah melakukan banyak untuk saya, dan saya ingin
melakukan lebih kepada mereka.” Penduduk local Claremont memberikan pengakuan
bahwa banyak orang di kota tersebut berharap dapat bekerja di Crown Point
karena, sebagaimana dikatakannya, “mereka memperlakukan karyawan mereka dengan
sangat baik.” Karyawan lain menyatakan, “Orang-orang terkesan dengan saya
ketika mereka mengetahui saya bekerja di Crown Point.”
Hasil
keuangan sangat solid. Penjualan meningkat lebih dari tiga kali lipat untuk periode
antara tahun 1993 dan tahun 2001. Persentase margin kotor terhadap penjualan
meningkat 6 persen dan angka ini 15 persen lebih baik dari rata-rata produsen
lemari cabinet di AS. Margin bersih bergerak dari titik impas ke lebih dari 10
persen. Dan semua hal ini terjadi ketika upah pokok (termasuk pembagian
keuntungan) naik 2,5 kali lipat.
Hal
yang lebih hebat lagi adalah tingkat perputaran karyawan yang turun mendekati
nol, tingkat ketidakhadiran dapat diabaikan, dan hubungan antara manajemen
dengan karyawan selalu bagus. Dengan mengalirnya pujian dari pelanggan,
masyarakat, dan karyawan, Brian bertanya-tanya apa yang sebenarnya membuat
segalanya berubah. Dapatkah sesuatu dilakukan secara berbeda? Apakah ada cara
lain untuk memperoleh hasil yang sama? Dapatkah pengalaman Crown Point
diterapkan pada lingkungan bisnis yang berbeda? Akhirnya dengan memerhatikan
bahwa meningkatnya persaingan dari pembuat cabinet local adalah ancaman bagi
bisnis ini, ia bertanya-tanya apakah Crown Point dapat menarik keuntungan
produktivitas labih jauh lagi dari para karyawan yang sudah penuh semangat.
Pertanyaan
1. Strategi apakah yang diterapkan oleh Crown
Point Cabinetry ?
2. Apakah yang menyebabkan perusahaan berubah ?
3. Apakah pengalaman Crown Point dapat
diterapkan pada lingkungan bisnis
yang berbeda ?
Jawaban :
1.
Strategi apakah yang diterapkan Crown Point Cabinetry
Strategi
yang digunakan oleh Crown Point Cabinetry yaitu:
· Perubahan
sistem manajemen departemen produksi menjadi sebuah tim yang beranggotakan maksimal 12 orang. Rapat diselenggarakan setiap hari
untuk memfasilitasi komunikasi, menampung keluhan, mengusulkan perbaikan kerja
dan menjadwalkan produksi. Adanya sistem tim ini membuat komunikasi antar
karyawan dan tim manajemenserta antara pemegang saham tetap terbuka karena
struktur berbasis tim diimplementasikan.
· Sistem
program pembagian keuntungan bersyarat yang dirancang untuk mengurangi biaya
tenaga kerja dengan penghitungan pembagian keuntungan didasarkan pada kinerja perusahaan secara keseluruhan.
· Sistem penghargaan dan denda
atas pemesanan yang tertunda, contohnya perusahaan memberikan penghargaan
berupa makan siang bagi karyawan yang dapat mengurangi frekuensi pemesanan yang
tertunda dan denda $1000 bagi karyawan yang gagal
memenuhi waktu pemesanan. Kenaikan upah bagi karyawan secara berkala untuk
mempermudah karyawan dalam memperoleh
pinjaman. Selain itu, perusahaan mengadakan program dana pensiun.
· Perusahaan
menyusun peraturan dan pedoman kerja serta memberi wewenang kepada karyawan
untuk memecat karyawan lain dengan alasan pelanggaran keselamatan kerja.
· Meningkatkan anggaran pemasaran
dan dialokasikan untuk iklan di majalah perdagangan dan menggunakan jaringan
dealer yang ekstensif.
2.
Apakah yang menyebabkan perusahaan berubah
Perusahaan mengalami perubahan
karena beberapa penyebab,yaitu:
· Hubungan antara manajemen dan
karyawan yang kurang baik.Beberapa karyawan loyal terhadap perusahaan, akan
tetapi sejumlah besar posisi dibuka untuk rekrutmen sampai 4-5 kali dalam satu tahun sehingga menyebabkan
rata-rataperputaran karyawan dalam satu tahu mencapai 300%. Selain itu, tingkat
ketidakhadiran karyawan tergolong tinggi.
· Buruknya pengendalian kualits
proses Sumber Daya Manusia yang ada tidak memiliki keterampilan untuk mengoperasikan
peralatan walaupun perusahaan sudah melakukan investasi yang cukup besar.
Selain itu, jangka waktu pemesanan dan produksi menghabiskan waktu selama 20
hari. Pemborosan biaya akibat perusahaan melakukan 3-4 kali pengerjaan sebelum
sebuah cabinet dikirimkan keluar.
· Sistem insentif yang dianggap
kurang memotivasi para karyawan Pada tahun 1998, perusahaan menetapkan
denda sebesar $250 bagi karyawan yang karyawan
yang gagal memenuhi waktu pemesanan.
3.
Apakah pengalaman Crown Point Cabinetry dapat diterapkan pada
lingkungan bisnis yang berbeda
Iya,
Pengalaman Crown Point Cabinetry dapat diterapkan pada lingkungan bisnis yang
berbeda, terutama untuk perusahaan yang berkembang
yang membutuhkan sistem kontrol manajemen saat perusahaan tersebut mengalami
pertumbuhan. Selain itu, menetapkan visi dan misi seperti yang dilakukan oleh
Mr. Stowell untuk mewujudkan pertumbuhan visi tersebut. Walaupun akhirnya
manajemen menghadapi beberapa perlawanan dari perubahan ini seperti keluhan
sistem baru, tetapi perubahan ini konsisten apabila seluruh karyawan menghargai
dan mendukung perubahan sistem yang memberi manfaaat kepada mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N,
Vijay Govindarajan. 2005. Manajemet
Control System. Jakarta : Salemba Empat
https://tommipradana.files.wordpress.com/2013/05/kompensasi-manajemen.pptx
diakses pada hari Rabu Tanggal 3 Juni 2015 pukul 17.25 WIB
BERITA BAIK UNTUK SEMUA ORANG
ReplyDeleteNama saya Amisha dari bogor di Indonesia, saya adalah perancang busana dan saya ingin menggunakan media ini untuk memberi tahu setiap orang untuk berhati-hati dalam mendapatkan pinjaman di internet, begitu banyak kreditur pinjaman di sini adalah penipu dan mereka ada di sini. curang Anda dengan susah payah uang Anda, saya mengajukan pinjaman sekitar Rp500,000,000 wanita di Malaysia dan saya kehilangan sekitar 24 juta tanpa mengambil pinjaman, saya membayar hampir 24 juta masih saya tidak mendapatkan pinjaman dan bisnis saya adalah Tentang menabrak karena hutang.
Sebagai pencarian saya untuk perusahaan pinjaman pribadi yang andal, saya melihat iklan online lainnya dan nama perusahaannya adalah FANCY LOAN COMPANY. Saya kehilangan jumlah 15 juta dengan mereka dan sampai hari ini, saya tidak pernah menerima pinjaman yang saya usulkan.
Tuhan jadilah kemuliaan, teman-teman saya yang mengajukan pinjaman juga menerima pinjaman semacam itu, mengenalkan saya kepada perusahaan yang dapat dipercaya dimana Ibu Suzan bekerja sebagai manajer cabang, dan saya mengajukan pinjaman sebesar Rp700.000.000 dan mereka meminta surat kepercayaan saya, Dan setelah mereka selesai memverifikasi detail saya, pinjaman tersebut disetujui untuk saya dan saya pikir itu adalah sebuah lelucon, dan mungkin inilah salah satu tindakan curang yang membuat saya kehilangan uang, tapi saya tercengang. Ketika saya mendapat pinjaman saya dalam waktu kurang dari 6 jam dengan suku bunga rendah tanpa agunan.
Saya sangat senang karena ALLAH menggunakan teman saya yang menghubungi mereka dan mengenalkan saya kepada mereka dan karena saya diselamatkan dari membuat bisnis saya melonjak ke udara dan dilikuidasi dan sekarang bisnis saya terbang tinggi dalam bahasa Indonesia dan tidak ada yang akan mengatakannya Dia tidak tahu tentang Anniesa Hasibuan perusahaan mode saya
Jadi saya saran setiap orang yang tinggal di Indonesia dan negara lain yang membutuhkan pinjaman untuk satu tujuan atau yang lain untuk silahkan kontak
Ibu Suzan email: (Suzaninvestment@gmail.com)
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: (Amisha1213@gmail.com), dan maria yang baru saja mendapat pinjaman dari suzan di: (maaria9925@gmail.com) dan Karina yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Suzan, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Suzan, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya:( Lukman.karina@yahoo.com).