Makalah Problematika Keanekaragaman Hayati di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal dunia sebagai negara yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tertinggi. Terdapat berbagai jenis flora maupun fauna yang dapat ditemukan di daratan dan perairan Indonesia. Di dunia bahkan Indonesia tidak ada dua individu yang benar-benar sama. Setiap individu mempunyai ciri-ciri khusus yang berbeda sehingga menunjukkan adanya keanekaragaman makhluk hidup di bumi ini. Dan semuanya apabila dipelajari akan sangat mempunyai nilai manfaat untuk membantu manusia dalam kelangsungan hidupnya.
Pada hakikatnya, populasi merupakan sekumpulan individu yang memiliki ciri yang hampir sama. Kemudian pada tahap tertentu, beberapa populasi membentuk ekosistem. Ekosistem inilah yang membentuk berbagai aneka makhluk hidup hingga terbentuklah istilah keanekaragaman hayati.
Dewasa ini, sangat mudah dijumpai berbagai kerusakan lingkungan yang dilakukan manusia yang dapat menjadi masalah keberlangsungan hidup flora dan fauna. Kemajuan teknologi yang tinggi telah mengubah fungsi berbagai flora dan fauna sebagai hasil produksi alam. Akibatnya dimasa yang akan datang diramalkan degradasi lingkungan makin tinggi. Tidak perlu diragukan lagi, apabila tidak ada upaya pencegahan, beberapa tahun kedepan mungkin anak cucu kita sudah tidak dapat melihat berbagai macam tumbuhan maupun hewan yang mengalami kepunahan. Dan melihat berbagai permasalahan yang melanda flora dan fauna di Indonesia, haruslah diimbangi dengan upaya-upaya pencegahan yang signifikan guna mempertahankan populasi flora dan fauna tersebut. Hal itulah yang melatarbelakangi penulis untuk ikut serta dalam berbagai upaya yang telah dilakukan untuk membantu mempertahankan keanekaragaman hayati di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan judul makalah ‘Problematika Keanekaragaman Hayati di Indonesia’ maka dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut ini :
1.      Apa saja macam-macam keanekaragaman hayati di Indonesia?
2.      Apa saja keanekaragaman hayati di Indonesia yang sudah hampir punah?
3.      Apa yang menjadi penyebab punahnya keanekaragaman hayati tersebut?
4.   Upaya-upaya pencegahan apa yang telah dilakukan bangsa Indonesia untuk membantu menjaga keanekaragaman hayati?
C. Tujuan
1.      Mengenal macam-macam keanekaragaman hayati di Indonesia.
2.      Mengetahui keanekaragaman hayati di Indonesia yang sudah hampir punah
3.      Mengetahui penyebab punahnya keanekaragaman hayati.
4.      Mengetahui bagaimana upaya manusia untuk menjaga keanekaragaman hayati.
D. Pembatasan Masalah                                                                
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah :
1.      Macam-macam keanekaragaman hayati di Indonesia
2.      Keanekaragaman hayati di Indonesia yang sudah hampir punah
3.      Penyebab punahnya keanekaragaman hayati
4.      Upaya-upaya manusia untuk menjaga keanekaragaman hayati




BAB II
PEMBAHASAN
A. Macam-Macam Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-macam organisme penghuni biosfer. Keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya dari masing-masing ekosistem. Keanekaragaman hayati juga menunjukkan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat lain yang terlihat pada berbagai tingkatan persekutuan makhluk, yaitu keanekaragaman gen, jenis dan keanekaragaman ekosistem. Berikut adalah macam-macam keanekaragaman hayati sebagaimana penjelasan diatas :
1. Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen
Gen adalah zat kimia dalam tubuh semua makhluk hidup yang berfungsi sebagai pengatur sifat-sifat tubuh. Dalam tubuh setiap organisme terdapat banyak gen, sejumlah sifat yang dimiliki. Manusia merupakan salah satu jenis makhluk hidup, jumlah manusia mencapai 5 miliar orang dan dipastikan memiliki gen yang tidak sama, meskipun serupa.
Perbedaan yang kita dapatkan pada corak & warna kulit kucing pada satu induk menandakan adanya keanekaragaman gen pada individu satu keturunan. Pada jenis manusia kita juga mengenal adanya beberapa ras yaitu : ras  mongoloid, ras negroid, ras kaukasoid, ras australoid, dan ras kapoid.
2. Keanekaragaman Hayati Tingkat Jenis
Perbedaan Hayati dapat sering kita jumpai pada hewan. Misalnya dari ukuran badannya, panjang telinganya, dan panjang ekornya. Ada satu hal penting yang menjadi petunjuk bahwa dua makhluk berbeda jenisnya, yaitu jika mereka dikawinkan, tidak ada keturunan yang terbentuk, atau jika keturunan terbentuk, seluruh keturunan mandul. Istilah jenis di dalam biologi disebut spesies. Kini dunia memiliki kira-kira 33,5 juta spesies tumbuhan dan hewan, 30 juta spesies adalah serangga yang sudah teridentifikasi sekitar 800.000 spesies.
Keanekaragaman dalam satu jenis (spesies) disebut variasi. Variasi dalam jenis disebabkan oleh adanya perbedaan faktor-faktor pengatur sifat (gen) yang terdapat pada individu.
3. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem
Setiap jenis makhluk hidup dalam lingkungannya akan melakukan interaksi dengan komponen-komponen lainnya. Interaksi melibatkan faktor fisik dan faktor kimia. Faktor fisik meliputi udara, tanah, suhu, air, cahaya, iklim, dan kelembapan. Faktor kimia meliputi keasaman, salinitas, dan komponen mineral. Faktor fisik dan faktor kimia itu dalam pembentukan sebuah lingkungan disebut sebagai komponen abiotik, sedangkan aneka jenis makhluk hidup yang membentuk interaksi di dalamnya disebut faktor biotik. Secara keseluruhan di dalam ekosistem terjadi aliran energi. Semua proses dilakukan oleh komponen biotik dalam bentuk makan dan dimakan. Dalam proses makan dan dimakan, komponen biotik terbagi menjadi kelompok produsen, konsumen, dan pengurai. Namun, ditinjau dari fungsinya komponen biotik dibagi menjadi dua komponen, yaitu komponen autotrof dan heterotrof. Contoh beranekaragamnya ekosistem, di antaranya ekosistem pantai yang didominasi pohon kelapa, ekosisterm sawah dengan padinya, ekosistem padang rumput, ekosistem laut, ekosistem sungai, ekosistem danau, ekosistem hutan tropis, dan ekosistem hutan gugur.
Berikut adalah jenis keanekaragaman yang ada di Indonesia :
a. Keanekaragaman Indonesia Berdasarkan Karakteristik Wilayahnya
Secara astronomis Indonesia berada pada 6° LU - 11° LS dan 95° BT - 141° BT. Artinya Indonesia terletak didaerah iklim tropis. Ciri-ciri daerah tropis antara lain temperatur cukup tinggi, curah hujan cukup banyak dan tanahnya subur.
Dilihat dari geografis, Indonesia terletak pada pertemuan dua rangkaian pegunungan muda yakni sirkum pasifik dan sirkum mediterania, sehingga Indonesia memiliki banyak pegunungan berapi. Hal tersebut menyebabkan tanah menjadi subur. Di Indonesia terdapat 10% spesies tanaman, 12% spesies mamalia, 16% spesies reptilia dan amfibi dan 17% dari spesies burung yang ada didunia. Beberapa spesies tersebut diantaranya bersifat endemik, yaitu hanya terdapat di Indonesia dan tidak ditemukan ditempat lain.
Contohnya adalah sebagai berikut:
1.    Burung Cendrawasih di Papua, burung Maleo di Sulawesi,
2.    Komodo di pulau Komodo,
3.    Anoa di Sulawesi,
4.    Rafflesia Arnoldi, terdapat dipulau Sumatera,
5. Bunga bangkai (Amorphophallus titanum) merupakan flora khas indonesia yang terdapat disumatra.
b. Keanekaragaman Indonesia Berdasarkan Persebarannya
Persebaran organisme dimuka bumi dipelajari dalam cabang biologi yang disebut biogeografi studi tentang penyebaran spesies menunjukkan bahwa spesies - spesies berasal dari satu tempat, namun selanjutnya menyebar keberbagai daerah. Penghalang geografi seperti gunung yang tinggi, sungai dan lautan dapat membatasi penyebaran dan kompetisi dari suatu spesies (isolasi geografi). Adanya isolasi geografi juga menyebabkan perbedaan susunan flora dan fauna diberbagai tempat.
Berdasarkan adanya persamaan fauna didaerah - daerah tertentu, maka dapat dibedakan menjadi 6 daerah biogeografi dunia sebagai berikut:
1. Nearktik : Amerika utara
2. Palearktik : Asia sebelah utara Himalaya, Eropa dan Afrika , gurun sahara sebelah utara.
3. Neotropikal : Amerika Selatan bagian tengah.
4. Oriental: Asia, Himalaya bagian selatan.
5. Ethiopia : Afrika
6. Australian : Australia dan pulau - pulau sekitarnya.

c. Persebaran Hewan Di Indonesia

Kepulauan Indonesia merupakan tempat dua kawasan yaitu kawasan oriental yang kaya akan binatang dan mamalia. Wallace memperhatikan perbedaan pada flora dan faunanya, dan berhasil menarik garis pada peta sedemikian serupa sehingga memisahkan kelompok kehidupan satu sama lain.

1. Persebaran Hewan Di Wilayah Indonesia Barat

Bagian barat yang merupakan paparan sunda memiliki fauna asia, contohnya berbagai jenis kera, gajah, macan, kerbau liar, babi hutan, dan rusa.
a)  Sumatra memiliki hewan - hewan yang khas, seperti: gajah, tapir, badak bercula dua, harimau, siamang, dan orang utan.
b)  Jawa memiliki badak bercula satu, harimau dan banteng.
c) Kalimantan memiliki badak bercula dua, macan tutul, orang utan, kera berhidung panjang, dan beruang madu.

2. Persebaran Hewan Di Wilayah Indonesia Timur

Bagian timur indonesia ditempati fauna tipe Australia yang terdiri atas burung - burung dengan warna menyolok misalnya Kasuari, burung nuri, parkit, cendrawasih, dan merpati berjambul, beberapa jenis hewan berkantung misalnya kanguru, wallabi, dan kanguru pohon.

3. Persebaran Hewan Di Wilayah Indonesia Tengah
Bagian tengah, seperti sulawesi terdapat hewan yang khas yaitu anoa,dan dipulau komodo terdapat komodo (biawak besar).

d. Persebaran Tumbuhan Di Muka Bumi

Bioma dapat diartikan sebagai macam komunitas utama yang terdapat pada suatu daerah yang dapat dikenal berdasarkan fisiognomi. Sifat dan karakteristik suatu bioma merupakan fungsi iklim (suhu, curah hujan, cahaya dan tanah).
Garis pembatas atau pemisah antara dua bioma walaupun tidak jelas, disebut ekoton. Ekoton ditempati oleh tumbuhan dan hewan yang khas. Bioma-bioma umumnya ditentukan oleh vegetasi atau tumbuhan yang dominan.
Hal ini cenderung mencerminkan iklim yang umum dari area tersebut. Ada berbagai bioma didunia, yaitu gurun, padang rumput, hutan hujan tropis, hutan gugur, dan savana.
a.  gurun/padang pasir, bioma ini terdapat di Afrika, Amerika, Australia dan Cina.
b.  Padang Rumput, bioma ini terbentang dari daerah tropik hingga subtropik, misalnya di Amerika.
c. Hutan hujan tropis, terdapat di daerah tropik dan subtropik contoh di amerika selatan (Brasil) , Asia Termasuk Indonesia) dan Afrika.
d. Hutan Gugur (deciduos forest), merupakan bioma yang khas didaerah sedang.
e. Savana terdapat dikedua sisi khatulistiwa, berkembang dengan lebih baik di Afrika dan Amerika Selatan. Savana terdapat jiga di India, Asia Selatan, Australia, dan Indonesia (Irian, NTT, dan NTB).
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman gen yang bisa ditemukan pada corak & warna kulit kucing pada satu induk akan membentuk populasi. Lalu dari berbagai macam populasi yang membentuk interaksi terbentuklah ekosistem ( contoh : interaksi antara populasi ikan hias, populasi batuan akan membentuk ekosistem kolam air ). Gabungan-gabungan ekosistem yang ada di segala penjuru bumi, akan membentuk keanekaragaman hayati utuh.
B. Keanekaragaman Hayati Indonesia yang Hampir Punah
Ada ratusan spesies yang hidup dibumi. Dan sebagian tumbuh dan berkembang biak di wilayah Indonesia. Bahkan ada beberapa yang hanya hidup di Indonesia seperti komodo dan burung cendrawasih. Hal ini harus menjadi tugas penting bagi Indonesia untuk menjaganya karena apabila spesies tersebut punah padahal hanya spesies tersebut hanya terdapat di Indonesia, akan menjadi problem yang sangat besar. Berikut daftar 10 spesies yang hampir punah di wilayah Indonesia:
a.  Hewan
1.    Jalak bali (Leucopsar rothschildi)
Panjang: 25 cm, Berat 85-90 gr. Populasinya sangat terancam, jalak Bali merupakan salah satu burung paling langka di dunia. Pada jalak bali dewasa memiliki sayap putih dengan strip hitam, ekor tipis dan biru di sekitar mata. Hewan endemik bagi pulau Bali di Indonesia dan sebelumnya ditemukan di sepanjang barat laut dari pulau ketiga. Mendiami hutan monsun dan akasia sabana
2.    Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi)
     Panjang kepala-badan: 150 cm, ekor: 24 cm, tinggi bahu: 70 cm, Tanduk: 15 - 20 cm. Anoa gunung adalah hewan yg terancam punah, hewan ini adalah subfamili sapi liar, namun karena ukurannya yang kecil, itu lebih mirip dengan rusa. Hanya ada di provinsi Sulawesi dan pulau dekat Buton. Hewan ini diketahui hidup di ketinggian antara 500 dan 2000 meter, namun laporan-laporan berbeda pada habitat lain. Ada yang mengatakan bahwa anoa pegunungan mendiami wilayah hutan lebat yang vegetationally beragam, sedangkan laporan lainnya yang suka area hutan yang relatif terbuka dengan kepadatan tanaman adapun yg mengatakan pada di sekitar daerah terbuka dan sumber-sumber air
3.    Maleo (Macrocephalon maleo)
Ukurannya 55-60 cm. Termasuk ke dalam hewan yang terancam populasinya. Habitatnya di sulawesi dan pulau buton. Tinggal di dataran rendah dan pantai. Memiliki khas kurus, gelap pada mahkota pelindung kepala, wajah berwarna kekuningan. Paha yang hitam, dan perut putih, dengan warna merah muda pada dada.
4.    Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
Panjangnya bisa mencapai 2-4 meter, tingginya 170cm dan beratnya mencapai 900–2.300 kg. Statusnya sangat terancam, WWF melidungi hewan ini, badak Jawa adalah salah satu mamalia besar paling langka di dunia. Badak Jawa memiliki satu tanduk di moncongnya seperti tanduk badak, tidak memiliki inti yang kurus tapi terdiri dari serat keratin.Memiliki penampilan yg berlapis baja disebabkan oleh lipatan dalam kulit berbulu. Kita dapat menemui hewan ini di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.
5.    Hiu karpet berbintik (Hemiscyllium freycineti)
Berpola kulit yang indah, hiu ini memiliki kemiripan yang luar biasa dengan kulit macan tutul. Heksagonal cokelat bintik, dengan pusat-pusat pucat, habitatnya pada air dangkal di terumbu karang, pasir dan rumput laut yang lebat, berada didaerah Papua.
b.  Tumbuhan :
1.    Balam Suntai (Palaquium walsurifolium)
Jenis tanaman langka asli indonesia. Tanaman langka ini memiliki kualitas kayu yang baik. Kelas keawetan tanaman langka ini adalah kelas IV dan kekuatannya kelas II. Maka tidaklah heran kalau tanaman langka ini banyak dicari orang.
2.  Raflesia Arnoldi
Hidup di Taman Nasional Bengkulu, mempunyai ukuran dengan diameter bunga yang hampir mencapai 1 meter. Bunga ini terkenal dengan sebutan bunga bangkai karena mengeluarkan bau busuk yang menyengat. Bau busuk yang dikeluarkan oleh bunga digunakan untuk menarik lalat yang hinggap dan membantu penyerbukan. Saat ini kondisi habitatnya sangat memprihatinkan sehingga jumlahnya menurun drastis dari tahun ke tahun. Menyusutnya habitat bunga tersebut di antaranya disebabkan kegiatan manusia seperti pembukaan wilayah hutan baik untuk kegiatan pertambangan, pertanian, maupun permukiman. Taman Nasional Kerinci menjadi daerah konservasi utama tumbuhan ini.
3.  Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata)
Hanya tumbuh di wilayah Kalimantan dan menjadi maskot flora di provinsi Kalimantan Timur. Anggrek ini disebut anggrek hitam karena bunganya memiliki lidah (labellum) berwarna hitam. Sayangnya, menurunnya luas hutan di Kalimantan membuat jumlah tumbuhan ini pun menurun karena habitat aslinya berkurang. Bahkan tumbuhan ini sedang terancam kepunahan.
4.  Cendana (Santalum album)
Cendana atau dikenal sebagai pohon yang wangi. Hal ini karena kayu pohon cendana bisa menyimpan aromanya dalam waktu yang sangat lama. Makanya kayu dan minyak cendana sering digunakan sebagai bahan rempah-rempah, aromaterapi atau campuran parfum.  Selain itu tumbuhan ini sangat sulit dibudidayakan sehingga harganya sangat mahal. Meskipun terdapat banyak pohon cendana di negara lain, namun spesies satu ini hanya tumbuh di wilayah Nusa Tenggara Timur.
5.  Damar
Damar, Kopal Keruling (Agathis labillardieri). Tanaman langka ini berasal dari papua. Damar adalah salah satu jenis pohon potensial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tanaman langka ini tingginya bisa mencapai 60 m dan dimeternya 2 m.

C. Faktor Penyebab Kerusakan Keanekaragaman Hayati
Dalam beberapa dekade terakhir, ada beberapa jenis spesies yang sudah cukup sulit kita temukan di alam bebas. Hal ini sangat meresahkan, karena dikhawatirkan pada generasi berikutnya, sudah tidak mengenal spesies-spesies tersebut. Secara umum, kerusakan keanekaragaman hayati yang ada di lingkungan ini disebabkan oleh:
a.    Laju peningkatan populasi manusia dan konsumsi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan.
b.    Kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas, sedangkan produksi alam yang terbatas untuk memenuhi semua kebutuhan manusia
c.    Penyempitan spektrum produk yang diperdagangkan dalam bidang pertanian, kehutanan dan perikanan.
d.   Sistem dan kebijakan ekonomi yang gagal dalam memberi penghargaan pada lingkungan dan sumber dayanya.
e.    Ketidakadilan dalam kepemilikan, pengelolaan dan penyaluran keuntungan dari penggunaan dan pelestarian sumberdaya hayati.
f.     Kurangnya pengetahuan dan penerapan.
g.    Sistem hukum dan kelembagaan yang mendorong eksploitasi.
h.    Lalu, apabila diamati selain kerusakan pada habitat hewan & tumbuhan pada umumnya, salah satu faktor penyebab rusaknya keanekaragaman hayati adalah perburuan yang tidak bijaksana.
Selain hal-hal yang diutarakan diatas, salah satu faktor penyebab kerusakan keanekaragaman hayati adalah faktor rusaknya ekosistem yang bisa diartikan sebagai tempat tinggal hewan dan tumbuhan. Contoh ekosistem hutan yang rusak karena adanya bencana alam seperti  kebakaran hutan. Dengan terjadinya kebakaran hutan, spesies-spesies penghuni hutan akan kehilangan habitat aslinya. Burung-burung, harimau, beruang madu dan penghuni hutan lainnya akan kehilangan tempat tinggalnya. Namun perlu digaris bawahi, bahwa kebakaran hutan bukanlah satu-satunya faktor penyebab hilangnya ekosistem hutan. Ada faktor lain yang melibatkan campur tangan manusia seperti penebangan hutan, alih fungsi hutan menjadi pertambangan dan perkebunan (yang pada akhirnya perkebunan tersebut berubah fungsi menjadi perumahan tempat tinggal manusia).
Kondisi keanekaragaman hayati di Indonesia saat ini  sudah tidak seperti dulu lagi, yang kaya akan keberagaman flora dan faunanya serta kelestarian alam yang masih terjaga keutuhannya. Sekarang, keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia sudah mulai berkurang dan mengalami kerusakan. Kerusakan ini disebabkan oleh 2 faktor, yaitu:
a. faktor teknis
b. faktor struktural
A. Faktor Teknis
Ada 3 aspek yang termasuk dalam faktor teknis yang dapat menurunkan serta merusak keanekaragaman hayati di Indonesia. Ketiga aspek tersebut yaitu:         
1. Faktor kegiatan manusia
Manusia dalam melakukan aktivitas kehidupannya sering kali tidak memperhatikan kelestarian lingkungannya, mereka lebih mementingkan pada pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Beberapa macam kegiatan manusia yang dapat merusak keanekaragaman hayati antara lain:
1. penangkapan berbagai macam hewan secara berlebihan.
2. penebangan pohon secara liar.
3. Alih guna lahan.
4. penggunaan pestisida yang berlebihan
2. Pemilihan Teknologi
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, manusia cenderung lebih suka menggunakan berbagai alat teknologi yang dapat mempermudah dalam melakukan aktivitas kehidupannya sekalipun alat tersebut dapat merusak ekosistem alam. Beberapa jenis teknologi, teknik dan alat yang dapat merusak keanekaragaman hayati:
1. Bahan peledak untuk menangkap ikan
2. Radiasi nuklir
3. Faktor Alam
Kerusakan keanekaragaman hayati juga dapat terjadi karena faktor alam. Salah satu faktor alam yang yang bias mempengaruhi kerusakan dan penyusutan keanekaragaman hayati adalah perubahan iklim global. Perubahan iklim global disebabkan oleh beberapa hal antara lain oleh pemanasan global yang berpengaruh pada system hidrologi bumi yang pada gilirannya berdampak pada struktur dan fungsi ekosistem alami dan juga pada kehidupan manusia. Selain itu, perubahan iklim juga berpengaruh pada pertanian, ketahanan pangan, kesehatan manusia,  serta lingkungan.

B. Faktor Struktural
Faktor struktural berkaitan dengan tatanan penyelenggaraan negara, dalam hal ini adalah negara Indonesia. Ada 2 akar persoalan atau masalah structural yang menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati di Indonesia, yaitu:
a. Paradigma pembangunan yang dianut oleh pemerintah selama era 1970-an hingga 1990an
Paradigma pembangunan di masa lalu belum mempertimbangkan kepentingan pengelolaan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan. Pemerintah memandang keanekaragaman hayati sebagai sumber daya yang berharga untuk dimanfaatkan dalam rangka nperolehan devisa, percepatan pertumbuhan ekonomi serta diversifikasi basis perekonomian. Dengan kata lain, pemanfaatan keanekaragaman hayati dilakukan dengan prinsip keruk habis, jual murah dn jual mentah. Oleh sebab itu, kerusakan kerusakan dan kepunahan keanekaragaman hayat meningkat seiring dengan melajunya pertumbuhan ekonomi.
b. Belum terbentuknya tata kelola pemerintahan yang baik  (good govermance).
Pemanfaatan dan pengelolaan keanekaragaman hayati yang lestari dan berkelanjutan memerlukan tata kelola pemerintahan yang baik. Tata kelola yang baik dicirikan  oleh pemerintah yang bersih, bertanggung jawab, representative dan demokratis.
Kedua pangkal persoalan trsebut menimbulkan masalah struktural di bawah ini:
a. Kebijakan eksploitasi, sentralistik, sektoral dan tidak partisipatif.
Paradigma pertumbuhan ekonomi mendorong pemerintah untuk melakukan sentralisasi pelaksanaan pembangunan dan penguasaan sumber daya untuk pembangunan, termasuk sumber daya alam.
b.sistem kelembagaan yang lemah
Indonesia belum mempunyai system yang kuat dan efektif untuk pengelolaan keanekaragaman hayati. Koordinasi dan integrasi program diantara para pengelola amat lemah. Salah satunya karena tidak adanya arahan nasional yang kuat dan diakui yang mendasari perencanaan setiap sector.Akibatnya, perencanaan, pelaksnaan, dan pengawasan, pengelolaan keanekaragaman hayati belum dapat terlaksana dengan maksimal.
c. sistem dan penegakan hukum yang lemah
pengelolaan keanekaragaman hayati sulit terjadi karena system dan instrument hokum yang ada masih lemah. Lembaga penegakan hukum sering tidak memahami substansi hukum yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati. Karena perumusan kebijakan sering tidak melibatkan partisipasi public, kalangan masyarakat tidak mengetahui adanya kebijakan tersebut, sehingga tidak dapat membantu penegakannya.
D. Upaya-Upaya Pencegahan Manusia untuk Menjaga Keanekaragaman Hayati
Menjaga adalah usaha untuk melindungi sesuatu bagaimanapun caranya. Dalam konteks menjaga keanekaragaman hayati adalah usaha agar keanekaragaman hayati tersebut tidak punah sehingga diperlukan kegiatan seperti pelestarian. Menjaga keanekaragaman hayati tidak dapat bergantung pada wilayah atau Negara yang mempunyai keanekaragaman hayati yang melimpah (wilayah atau Negara lain tidak ikut campur) atau melimpahkan semua penyelesaian kepada pemerintah tetapi, diperlukan kerjasama dari seluruh pihak agar keanekaragaman hayati tersebut dapat terjaga dengan sempurna.
Kita dapat memulai melestarikan keanekaragaman hayati mulai dari diri sendiri dengan cara mudah seperti membuang sampah pada tempatnya, menggunakan pestisida alami, menggunakan pupuk organik, tidak tergantung pada salah satu spesies untuk diburu atau dimakan, tidak membunuh makhluk hidup sehingga mengganggu rantai makanan contoh jika kita membunuh tikus yang dapat dikatakan sebagai musuh petani dengan racun maka mungkin juga akan mengganggu rantai makanan ular kemudian juga akan mengganggu rantai makanan elang, kemudian misalkan apabila perburuan hewan seperti kijang atau rusa merajalela maka akan mengganggu rantai makanan singa, harimau,dan lain-lain.
Dari hal yang diungkapkan diatas diperlukan tempat perlindungan keanekaragaman hayati agar tidak terjadi kepunahan atau kerusakan keanekaragaman hayati sebagai berikut :
1.    Taman nasional
Kawasan yang memiliki ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi dan dimanfaatkan untuk penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.
2.    CagarAlam
Cagar alam mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya.
3.    Hutan Wisata
Hutan wisata yang memiliki keindahan alam dan cirri khas tersendiri sehingga dapat dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan budaya.
4.    Taman hutan raya
Kawasan pelestarian alam untuk koleksi tumbuhan, dan/ atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.
5.    Taman laut
Wilayah lautan yang memiliki cirri khas berupa keindahan alam, bermanfaat bagi kepentingan pariwisata, rekreasi, dan pendidikan.
6.    Wanawisata
Obyek-obyek wisata alam yang dibangun dan dikembangkan oleh perum perhutani didalam kawasan hutan produksi atau hutan lindung secara terbatas dengan tidak mengubah fungsi pokoknya.
7.    Hutan lindung
Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan system penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
8.    Kebun raya
Kumpulan tumbuh-tumbuhan disuatu tempat, dan tumbuh-tumbuhan terseubut berasal dari berbagai daerah yang ditanam untuk tujuan konservasi, ilmu pengetahuan, dan rekreasi
9.    Suaka margasatwa
Mempunyai ciri khas keanekarsagaman dan keunikan jenis satwa, dimana untuk kelangsungan hidupnya dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
Dengan adanya tempat-tempat seperti diatas maka pelestarian keanekaragaman hayati menjadi sedikit lebih mudah tetapi alangkah baiknya jika diperlukannya usaha manusia untuk menjaga keankearagaman hayati seperti berikut ini:
1.        Tidak menggunakan pestisida
2.        Tidak merusak habitat
3.        Tidak melakukan penebangan atau perburuan liar
4.        Tidak melakukan pencemaran lingkungan
5.        Melakukan seleksi terhadap makhluk hidup yang akan diburu
6.   Tidak membedakan antara tanaman atau hewan unggul dan tidak unggul, karena apabila dibedakan maka yang tidak unggul akan ditinggalkan karena dianggap tidak menguntungkan dan yang tidak unggul tersebut perlahan-lahan akan punah
7.        Melakukan penghijauan
8.        Melakukan pelestarian secara in situ yaitu pelestarian SDA hayati didalam habitat aslinya
9.        Melakukan pelestarian secara ex situ yaitu pelestarian SDA hayati diluar habitat aslinya
10.    Penetapan kawasan konservasi
11.    Keterlibatan masyarakat dalam konservasi
12.    Pemanfaatan sains dan teknologi



  


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-macam organisme penghuni biosfer. Keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya dari masing-masing ekosistem. Keanekaragaman hayati juga menunjukkan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat lain yang terlihat pada berbagai tingkatan persekutuan makhluk, yaitu keanekaragaman gen, jenis dan keanekaragaman ekosistem.
Ada ratusan spesies yang hidup dibumi. Dan sebagian tumbuh dan berkembang biak di wilayah Indonesia. Bahkan ada beberapa yang hanya hidup di Indonesia seperti komodo dan burung cendrawasih. Hal ini harus menjadi tugas penting bagi Indonesia untuk menjaganya karena apabila spesies tersebut punah padahal hanya spesies tersebut hanya terdapat di Indonesia, akan menjadi problem yang sangat besar.
Dalam beberapa dekade terakhir, ada beberapa jenis spesies yang sudah cukup sulit kita temukan di alam bebas. Hal ini sangat meresahkan, karena dikhawatirkan pada generasi berikutnya, sudah tidak mengenal spesies-spesies tersebut. kerusakan keanekaragaman hayati yang ada di lingkungan ini disebabkan oleh laju peningkatan populasi manusia dan konsumsi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan; kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas, sedangkan produksi alam yang terbatas untuk memenuhi semua kebutuhan manusia; penyempitan spektrum produk yang diperdagangkan dalam bidang pertanian, kehutanan dan perikanan; sistem dan kebijakan ekonomi yang gagal dalam memberi penghargaan pada lingkungan dan sumber dayanya; ketidakadilan dalam kepemilikan, pengelolaan dan penyaluran keuntungan dari penggunaan dan pelestarian sumberdaya hayati; kurangnya pengetahuan dan penerapan; sistem hukum dan kelembagaan yang mendorong eksploitasi; perburuan yang tidak bijaksana; faktor rusaknya ekosistem. Contoh ekosistem hutan yang rusak karena adanya bencana alam seperti  kebakaran hutan; faktor lain yang melibatkan campur tangan manusia seperti penebangan hutan, alih fungsi hutan menjadi pertambangan dan perkebunan (yang pada akhirnya perkebunan tersebut berubah fungsi menjadi perumahan tempat tinggal manusia).
Memulai melestarikan keanekaragaman hayati dari diri sendiri dengan cara mudah seperti membuang sampah pada tempatnya, menggunakan pestisida alami, menggunakan pupuk organik, tidak tergantung pada salah satu spesies untuk diburu atau dimakan, tidak membunuh makhluk hidup sehingga mengganggu rantai makanan. Membuat tempat perlindungan keanekaragaman hayati agar tidak terjadi kepunahan seperti Taman nasional; CagarAlam; Hutan Wisata; Taman hutan raya; Taman laut; Wanawisata; Hutan lindung; Kebun raya; suaka margasatwa. Diperlukannya usaha manusia untuk menjaga keanekearagaman hayati seperti berikut ini:
1.        Tidak menggunakan pestisida
2.        Tidak merusak habitat
3.        Tidak melakukan penebangan atau perburuan liar
4.        Tidak melakukan pencemaran lingkungan
5.        Melakukan seleksi terhadap makhluk hidup yang akan diburu
6.   Tidak membedakan antara tanaman atau hewan unggul dan tidak unggul, karena apabila dibedakan maka yang tidak unggul akan ditinggalkan karena dianggap tidak menguntungkan dan yang tidak unggul tersebut perlahan-lahan akan punah
7.        Melakukan penghijauan
8.        Melakukan pelestarian secara in situ yaitu pelestarian SDA hayati didalam habitat aslinya
9.        Melakukan pelestarian secara ex situ yaitu pelestarian SDA hayati diluar habitat aslinya
10.    Penetapan kawasan konservasi
11.    Keterlibatan masyarakat dalam konservasi
12.    Pemanfaatan sains dan teknologi
B. Saran
Manusia sebagai makhluk berfikir yang diberi kemampuan berfikir logis oleh Allah SWT, diharapkan mampu mengembangkan strategi-strategi yang berkualitas dan efisen untuk membantu alam dalam melindungi flora dan fauna yang hampir punah. Dengan peran manusia yang utuh dan lebih maksimal, harapan terjadinya keseimbangan antara alam sebagai penyuplai kebutuhan manusia dan kebutuhan manusia yang tidak terbatas menjadi lebih baik. Para pakar lingkungan tidak melarang manusia untuk menggunakan produk-produk alam, hanya saja dibutuhkan sikap yang lebih bijaksana untuk memanfaatkan alam ini. Karena sebenarnya dengan kebijaksanaan kita, manfaatnya akan kembali pada kita sendiri.
Para mahasiswa sebagai kaum intelektual yang memiliki semangat muda yang tinggi, harus diimbangi dengan kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya. Penanaman kedisiplinan dan kepedulian harus dimulai dari kesadaran diri sendiri bahwa apabila alam bukanlah mesin yang dapat memproduksi kebutuhan secara terus menerus. Pohon-pohon di hutan pasti akan mengalami mati karena usia, ikan-ikan dilaut pasti tidak dapat mengalami perkembangbiakan apabila si induk ditangkap oleh manusia serta adanya pencemaran laut karena limbah seperti terjadi di Bali, habitat sebagian hewan dan tumbuhan yang mengalami degradasi wilayah karena pembangunan pertambangan dan perumahan yang harusnya sebagai tempat tinggal yang nyaman bagi mereka. Oleh karena itu perlu adanya campur tangan mahasiswa untuk memikirkan dan melaksanakan pemikiran tersebut untuk menanggulangi keparahan kepunahan flora dan fauna. Sepertinya diperlukan penanaman pendidikan untuk menambahkan kesadaran mahasiwa seperti dibentuknya mata kuliah tambahan building character seperti Pendidikan Lingkungan Hidup. 












DAFTAR PUSTAKA
 (Zika Zakiya. Sumber: Live Science)


1 Response to "Makalah Problematika Keanekaragaman Hayati di Indonesia"

  1. judi sabung adu ayam filipina indonesia terpercaya
    Nikmati Bonus Menarik Langsung Dari Bolavita Sekarang...
    Nikmati Bonus New Member 10% | Cashback Hingga 10%
    Yuk Gabung Bersama Kami Raih Kemenangan Anda Sekarang Juga 100% Tanpa Bot
    Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
    WA: +628122222995

    ReplyDelete